Abaikan Sisi Kemanusiaan, Negara-Negara Ini Dukung Genosida Israel di Gaza
Beberapa kepala negara sengaja mengunjungi Israel untuk menunjukan dukungan mereka.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Setelah Hamas melakukan serangan tidak terduga pada 7 Oktober 2023, Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Italia, dan Jerman, selalu berada di barisan pendukung langkah Israel dalam melakukan serangan tanpa henti ke Gaza. Sedangkan di sisi lain, Indonesia, Malaysia, Turki, Iran menempatkan diri sebagai kelompok yang bersolidaritas dengan Palestina.
"Warga Israel di seluruh negeri pada hari Sabat dan hari raya Simchat Torah terbangun karena sirene berbunyi dan Hamas menembakkan roket ke arah mereka dari Gaza pagi ini. Kami akan membela diri kami sendiri,” ujar tentara Israel pertama kali mengumumkan sekitar pukul 05.30 dikutip dari Aljazirah.
Usai pengumuman ini Israel pun melakukan serangan balasan dengan mendeklarasikan perang dengan Operasi Pedang Besi. Status ini membuat wilayah Gaza yang dipimpin oleh Hamas menjadi sasaran dan memakan korban jiwa.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel pun langsung menyatakan dukungan bahwa Uni Eropa (UE) berdiri dalam solidaritas dengan rakyat Israel. “Mengutuk keras serangan tanpa pandang bulu yang dilancarkan terhadap #Israel dan rakyatnya pagi ini yang menimbulkan teror dan kekerasan terhadap warga yang tidak bersalah,” ujarnya di akun media sosial X.
Setelah itu, mayoritas negara Barat menyatakan dukungan atas tindakan Israel untuk melakukan serangan ke Gaza. Contoh saja Presiden AS Joe Biden yang langsung menawarkan dukungan terhadap Israel melalui sambungan telepon, bahkan sesudahnya dia seperti dibutakan dengan informasi yang diberikan pihak Israel.
Momen paling menarik perhatian ketika Biden dengan bulat-bulat menerima informasi bahwa Hamas melakukan pembantaian dengan memenggal kepala anak-anak saat melakukan Operasi Badai Al Aqsa.
“Penting bagi warga Amerika untuk melihat apa yang terjadi. Saya telah melakukan ini sejak lama. Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan melihat dan memiliki gambar-gambar terkonfirmasi dari teroris yang memenggal kepala anak-anak,” kata Biden pada 11 Oktober.
Tapi, setelahnya Gedung Putih langsung meralat klaim Biden. Jubir Gedung Putih mengatakan, baik Biden dan pejabat AS lainnya belum melihat atau secara independen mengonfirmasi bahwa Hamas memenggal kepala anak-anak Israel.
Meski begitu, dukungan Barat tidak juga mereda, bahkan beberapa kepala negara sengaja mengunjungi Israel untuk menunjukan dukungan tanpa syarat. “Saya bangga berdiri di sini bersama Anda di saat-saat tergelap Israel. Kami akan mendukung Anda dalam solidaritas. Kami akan mendukung Anda dan rakyat Anda. Dan kami juga ingin Anda menang," ujar Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dalam konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat melakukan kunjungan ke Tel Aviv pada 19 Oktober.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menawarkan agar koalisi negara-negara yang memerangi ISIS di Irak dan Suriah diperluas hingga mencakup perang melawan Hamas di Gaza saat kunjungan ke Israel pada 24 Oktober. “Prancis siap untuk koalisi internasional melawan Daesh di mana kami mengambil bagian dalam operasi di Irak dan Suriah untuk juga berperang melawan Hamas,” katanya mengacu pada ISIS.
Prancis pun melarang protes pro-Palestina. Dia mengatakan bahwa protes tersebut kemungkinan akan menimbulkan gangguan terhadap ketertiban umum. Pemerintah telah bertindak untuk meningkatkan perlindungan polisi terhadap situs-situs Yahudi, termasuk sekolah dan sinagoga.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga melakukan kunjungan ke Israel dan bertemu Netanyahu pada 22 Oktober. Dia pun mengunjungi anggota komunitas Yahudi di sebuah sinagoga di Roma pada awal-awal serangan tanpa henti Israel ke Hamas dimulai dan bergabung dengan pemimpin AS, Jerman, Inggris, dan Perancis yang mengutuk serangan terhadap Israel. Mereka menyatakan dukungan yang teguh dan bersatu untuk Israel.
Untuk Jerman, membela Israel merupakan keharusan akibat rasa bersalah di masa lalu. “Kami mendukung hak Israel untuk membela diri sepenuhnya," ujar Kanselir Jerman Olaf Scholz menampilkan korban-korban sipil yang berjatuhan di Gaza.
Jerman pun telah mengumumkan larangan total terhadap aktivitas Hamas dan memerintahkan pembubaran kelompok pro-Palestina yang dituduh menyebarkan gagasan anti-Israel dan anti-Semit pada 2 November. Protes pro-Palestina di banyak wilayah Jerman telah dilarang dalam beberapa pekan terakhir, dan sekolah-sekolah di Berlin telah diberi izin untuk melarang hiasan kepala tradisional Palestina, keffiyeh.
Selain negara-negara Barat besar, negara lain yang menyatakan dukungan terhadap Israel adalah Republik Ceko, India, Australia, Selandia Baru. Republik Ceko bahkan mengecam Hamas karena melancarkan serangan teroris terhadap sekutunya tidak lama usia serangan balasan Israel dilakukan ke Gaza.
“Saya mengutuk serangan teroris terhadap Israel,” kata Perdana Menteri Ceko Petr Fiala di X.
“Republik Ceko selalu berdiri dan akan berdiri sepenuhnya bersama Israel,” katanya.
Australia berubah haluan ...
Bahkan Ukraina yang wilayahnya sedang diinvasi oleh Rusia justru memilih mendukung Israel yang sudah jelas melakukan pendudukan di wilayah Palestina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bahkan menyamakan Hamas dengan Rusia.
Zelenskyy mengatakan bahwa Hamas adalah organisasi teroris, sementara Rusia dapat dianggap sebagai negara teroris. “Satu-satunya perbedaan adalah bahwa ada organisasi teroris yang menyerang Israel dan ada negara teroris yang menyerang Ukraina. Niat yang dikemukakan berbeda-beda, tetapi hakikatnya sama," ujarnya dikutip dari Aljazirah.
Bahkan Anthony Albanese dengan Partai Buruh yang sebelumnya mendukung Palestina ketika menjabat sebagai perdana menteri Australia harus mengubah pandangannya. “Penting bagi kita untuk menyadari bahwa serangan Hamas terhadap Israel patut mendapat kecaman mutlak dan tegas," ujarnya pada 31 Oktober.
Sedangkan negara-negara yang meposisikan diri menyoroti masalah kemanusian akibat serangan Israel ke Gaza adalah Indonesia, Malaysia, Iran, Turki, dan beberapa kelompok yang memiliki kekuatan di beberapa negara, seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menegaskan dukungan Indonesia terhadap masyarakat Palestina tidak akan pernah surut. Coba bapak, ibu lihat Menteri Luar Negeri Bu Retno Marsudi waktu di Dewan Keamanan PBB paling lantang, paling keras, dan paling menentang," katanya merujuk kepada Menteri Luar Negeri pada Selasa (7/11/2023).
Malaysia pun menunjukan sikap yang sama. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengungkapkan, dukungan terhadap Palestina membuat AS mengirimkan dua demarches atau pemberitahuan diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Malaysia.
“Jika dibiarkan, dampaknya akan buruk pada keamanan regional. Kita perlu melibatkan negara-negara lain,” ujar Anwar yang mendorong negara-negara lain juga bersuara mengecam tindakan Israel ke Gaza.
Sedangkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyiapkan untuk membawa pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang yang dilakukan Israel ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). “Israel telah secara terbuka melakukan kejahatan perang selama 22 hari, namun para pemimpin Barat bahkan tidak bisa meminta Israel melakukan gencatan senjata, apalagi bereaksi terhadapnya,” kata pemimpin Turki tersebut dikutip dari //Anadolu Agency//.
Dikutip dari //smh//, Iran yang merupakan musuh bebuyutan Israel mengucapkan selamat kepada Hamas setelah serangan pada 7 Oktober. Negara ini pun mengakui memberikan dukungan politik dan dana dalam membantu Gaza.
“Anda benar-benar membuat umat Islam senang dengan operasi inovatif dan penuh kemenangan ini,” kata Presiden Iran Ebrahim Raisi merujuk pada Operasi Badai Al Aqsa.
Selain pemerintah, beberapa kelompok yang memiliki kekuatan besar pun menyatakan dukungan kepada Hamas. Hizbullah Lebanon dan Houthi di Yaman bahkan ikut melakukan serangan terhadap wilayah Israel dan menimbulkan kekhawatiran akan perluasan konflik lebih lanjut.
Perwakilan Hizbullah bahkan bertemu dengan para pemimpin tertinggi faksi-faksi pejuang Palestina pada 25 Oktober. Pemimpin kelompok Hizbullah Sheikh Hassan Nasrallah menyatakan, organisasi yang dipimpinnya sedang mempertimbangkan semua opsi sehubungan dengan memburuknya situasi di Timur Tengah.