Polisi Israel Tangkap Sejumlah Politisi karena Menyerukan Gencatan Senjata
Israel akan memenjarakan warga yang protes terhadap perang di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Polisi Israel pada hari Kamis (9/11/2023) menggerebek acara yang diselenggarakan oleh warga Palestina yang memprotes perang yang dilancarkan Israel di Gaza. Dalam penggerebekan tersebut, polisi menangkap beberapa tokoh masyarakat terkemuka, termasuk mantan anggota Knesset.
Mereka yang ditangkap termasuk Mohammad Barakeh, mantan anggota Knesset dari partai sayap kiri Hadash. Barakeh adalah ketua Komite Tindak Lanjut Arab, sebuah kelompok organisasi Palestina, yang mewakili kepentingan masyarakat di tingkat nasional.
Menurut sumber-sumber Palestina, Barakeh sedang dalam perjalanan menuju acara khusus undangan di kota utara Nazareth ketika dia dihentikan di jalan dan ditangkap.
Selain Barakeh, polisi Israel juga menahan beberapa politisi lainnya. Orang lain yang ditangkap termasuk politisi Sami Abu Shehadeh dari Partai Balad, Mtanes Shehadeh, Yousef Tartour dan Haneen Zoabi.
Israel telah melarang protes publik terhadap perang di Gaza dan mengancam akan memenjarakan mereka yang ambil bagian.
Penyelenggara acara pada hari Kamis tersebut telah mengajukan petisi kepada Mahkamah Agung Israel untuk mengizinkan pertemuan di kota Umm al-Fahm dan Sakhnin, namun permintaan mereka ditolak oleh hakim. Hakim mengatakan bahwa negara tidak memiliki sumber daya untuk mengawasi demonstrasi tersebut.
Kelompok-kelompok Palestina mengatakan mereka akan melanjutkan aksi tertutup yang dihadiri kurang dari 40 orang, yang tidak memerlukan persetujuan polisi berdasarkan hukum Israel.
Dalam sebuah pernyataan, Partai Balad mengatakan penangkapan tersebut menunjukkan “kebijakan permusuhan” negara terhadap perang di Gaza. “Kami mengecam serangan brutal dan tidak dapat dibenarkan terhadap aksi yang diselenggarakan oleh para pemimpin komunitas Arab,” kata Partai Balad dalam sebuah pernyataan.
“Serangan terhadap para pemimpin komunitas Arab ini merupakan preseden berbahaya yang berisi pesan politik yang jelas untuk membungkam suara nasional, moral, dan kemanusiaan kita.”
“Penangkapan yang sedang berlangsung ini berbahaya karena menargetkan puluhan orang yang memprotes gencatan senjata,” kata sekretaris jenderal Partai Hadash, Amjad Shbita, kepada Middle East Eye.
Menurut Shbita, Israel menekan suara apa pun yang menentang perang yang sedang berlangsung. Aksi protes kali ini, sambungnya, hanya mempunyai satu tujuan, yaitu menghentikan pemboman. "Sayangnya polisi Israel menganggapnya radikal," ucap Shbita.