Metode dan Teknologi yang Pernah Dipakai Israel untuk Hancurkan Terowongan Hamas

Israel berkali-kali meluncurkan operasi untuk menghancurkan terowongan Hamas.

AP
Terowongan Gaza-Israel yang dibangun pejuang Palestina.
Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kerumitan terowongan-terowongan Hamas tersebut menjadi tantangan besar bagi Israel dalam konflik ini, karena sangat kompleks, luas, dan strategis. Israel telah meluncurkan beberapa operasi untuk menemukan dan menghancurkan terowongan-terowongan tersebut, dengan menggunakan berbagai metode dan teknologi.

Baca Juga


Berikut beberapa metode dan teknologi utama yang pernah digunakan Israel untuk menemukan dan menhancurkan terowongan milik Hamas seperti dilansir laman Eurasia Review adalah: 

Bom spons

Bom spons adalah perangkat khusus yang dirancang untuk menutup ujung terowongan. Cukup kecil sehingga bisa dipasang oleh satu orang, bom ini merupakan bom kimia yang tidak mudah meledak yang melepaskan semburan busa yang mengembang dan dengan cepat mengeras.

Israel berencana untuk menggunakan bom spons dalam serangan daratnya untuk memerangi labirin terowongan Hamas di Jalur Gaza. Bom spons akan mencegah tentara Israel disergap ketika mereka bergerak lebih jauh ke dalam jaringan, menutup celah atau pintu masuk terowongan yang bisa menjadi tempat keluarnya para pejuang Hamas. 

Bom spons juga akan menjebak setiap pejuang yang bersembunyi di dalam terowongan, memotong rute pelarian dan pasokan mereka. Bom spons tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan sekat logam yang memisahkan dua cairan. 

Setelah sekat itu dilepas, kedua cairan akan bercampur, dan alat ini akan dilemparkan ke sasaran oleh seseorang atau dilempar. Namun, bom spons juga berbahaya untuk digunakan, dan beberapa tentara Israel telah kehilangan penglihatan mereka karena salah menggunakan campuran tersebut.

Serangan udara

Israel telah menggunakan angkatan udaranya untuk mengebom terowongan-terowongan dengan menggunakan amunisi yang dipandu secara presisi dan bom penghancur bunker. Israel juga telah menggunakan pesawat tak berawak dan satelit untuk memantau dan menargetkan terowongan-terowongan tersebut. 

Namun, serangan udara tidak terlalu efektif, karena hanya dapat menjangkau terowongan yang dangkal, dan dapat menyebabkan kerusakan tambahan pada warga sipil dan infrastruktur.

Serangan darat

Israel telah menggunakan pasukan daratnya untuk memasuki Jalur Gaza dan mencari terowongan-terowongan dengan menggunakan buldoser, bahan peledak, dan anjing pelacak. Israel juga menggunakan tentara yang dilatih untuk menavigasi dan bertempur di terowongan-terowongan yang dikenal sebagai terowongan tikus. 

Namun, operasi darat sangat berisiko karena membuat para tentara rentan terhadap penyergapan, jebakan, dan penembak jitu. 

Sensor

Israel telah menggunakan berbagai sensor untuk mendeteksi dan mengidentifikasi terowongan bawah tanah seperti seismik, akustik, magnetik, dan termal. Israel juga telah mengembangkan sistem sensor baru yang dapat menemukan dan mengidentifikasi terowongan bawah tanah.  

Sistem ini diberi nama sandi "Mispar Hazak" atau Power Number. Sistem ini melibatkan penempatan geofon, perangkat yang mengukur gelombang energi di dalam bumi, sedalam 1,5 meter ke dalam tanah. 

Geofon dilengkapi dengan komponen akustik yang diambil dari sensor yang digunakan oleh angkatan laut dan perangkat yang digunakan untuk mencari minyak. Sistem ini telah lulus uji coba awal dan akan beroperasi pada akhir tahun 2023.

Penghalang bawah tanah 

Israel telah membangun penghalang bawah tanah yang masif di sepanjang perbatasan dengan Gaza untuk mencegah penggalian dan penyeberangan terowongan. Penghalang ini terbuat dari beton dan baja serta dilengkapi dengan sensor dan kamera. 

Pembatas ini juga dialiri listrik dan dipantau oleh drone dan robot. Pembatas ini akan selesai dibangun pada tahun 2024, dengan biaya sekitar 1,5 miliar dolar AS.

Faktanya, terowongan ini telah mempengaruhi dinamika politik dan diplomatik di wilayah tersebut serta komunitas internasional. Terowongan-terowongan tersebut telah memperkuat posisi dan popularitas Hamas yang menampilkan dirinya sebagai pembela dan perwakilan perjuangan dan perlawanan Palestina. 

Terowongan-terowongan ini juga telah melemahkan peran dan kredibilitas Otoritas Palestina (PA) karena muncul sebagai aktor yang tidak berdaya dan tidak relevan dalam konflik. 

Terowongan-terowongan ini juga menantang hubungan dan kepentingan Israel dan sekutunya, Amerika Serikat, yang berusaha menyeimbangkan antara kepentingan keamanan dan stabilitas dengan kewajiban kemanusiaan dan hukum mereka. 

Terowongan-terowongan ini juga telah menarik perhatian dan keterlibatan aktor-aktor lain seperti Qatar dan Turki yang menawarkan dukungan dan mediasi kepada Hamas dan berusaha untuk mendapatkan pengaruh dan pengaruh di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler