Anak Berbuat Kesalahan? Ini Reaksi yang Sebaiknya Dihindari Orang Tua
Terkadang orang tua tidak menghadapi kesalahan anak dengan cara efektif.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tubuh dan jiwa anak dan remaja sedang bertumbuh. Jika orang dewasa saja bisa melakukan kesalahan, maka wajar apabila anak dan remaja melakukan kesalahan dalam fase perkembangan dirinya.
Sayangnya, terkadang orang tua tidak menghadapi kesalahan anak dengan cara efektif.
Dikutip dari laman Psychology Today, Ahad (12/11/2023), pakar relasi Steven Stosny mengatakan tidak sedikit orang tua yang "mempermalukan" anak-anak ketika mereka melakukan kesalahan. Kebanyakan, hal itu dilakukan secara tidak sadar.
"Kemungkinan besar itu karena orang tua kita juga mempermalukan kita dahulu. Contohnya adalah menyebut anak mengecewakan, egois, ceroboh, malas, atau menyebutnya seorang pembohong. Padahal, mempermalukan justru menimbulkan perilaku buruk," kata Stosny.
Pendiri Compassion Power yang memberi pendampingan bagi orang dengan gangguan emosi dan masalah hubungan itu menyoroti bahwa tindakan demikian kurang efektif untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan. Sebab, fokusnya adalah perilaku buruk.
Sebut saja, seorang anak menjatuhkan sesuatu dan orang tua langsung menghardiknya ceroboh dan tidak berhati-hati. Tindakan itu hanya menonjolkan sifat-sifat karakter negatif, tanpa adanya perbaikan yang jelas. Apalagi, anak belum memiliki korteks prefrontal yang berkembang sepenuhnya, sehingga tak punya kapasitas optimal untuk mengevaluasi diri dan perilaku secara reflektif.
Stosny mengatakan, jika ingin anak-anak memperbaiki perilaku atau bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan, saran darinya adalah melakukan dorongan. Berbeda dengan pujian, dorongan lebih mungkin membangkitkan tindakan positif di masa kini dan masa depan.
Contoh kalimat dorongan adalah mengatakan "Kamu dapat menjadi (...)" pada anak.
Contoh, jika anak kedapatan berbohong, alih-alih memarahi atau menghardik, coba katakan kepadanya, "kamu dapat menjadi lebih baik dan jujur", lalu bicaralah dari hati ke hati.
Contoh kata positif lain yang bisa diucapkan pada anak adalah sifat baik seperti rajin, kooperatif, banyak akal, cermat, teliti, berhati-hati, dan lainnya. Stosny mengatakan, dorongan cenderung berhasil dalam mengubah perilaku karena hal ini berkaitan dengan masa kini dan masa depan, di mana perbaikan dapat dilakukan.
"Ini berfokus pada apa yang Anda inginkan, yakni perilaku yang lebih baik. Yang terpenting, hal ini menunjukkan adanya cadangan karakter positif untuk dilatih oleh anak-anak. Dorongan cenderung membangkitkan kerja sama," ujar penulis buku Love Without Hurt itu.