Pakar Sebut Gaya Hidup yang Buruk Sebabkan Pergeseran Tren Diabetes
Aktivitas fisik manusia di zaman ini juga cenderung berkurang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes dari Universitas Indonesia Prof Dr dr Pradana Soewondo menyebutkan gaya hidup yang buruk menyebabkan pergeseran tren pengidap diabetes menjadi lebih muda.
"Diabetes ini penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. Menarik ya, genetik dari dulu kita sama, tapi kenapa diabetesnya baru banyak akhir-akhir ini?" katanya dalam siniar tentang diabetes yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (13/11/2023).
Pradana menyebutkan pergeseran gaya hidup menjadi gaya hidup yang tidak sehat dipengaruhi berbagai faktor. Seperti asupan makanan, di mana pada zaman ini terdapat beragam jenis makanan dengan kalori yang berlebih.
Selain itu, sambungnya, aktivitas fisik manusia di zaman ini juga cenderung berkurang, seperti anak-anak yang pada zaman dahulu berangkat sekolah menggunakan sepeda, namun saat ini terdapat anak-anak yang berangkat sekolah menggunakan kendaraan bermotor.
"Belum lagi makanan siap saji yang mengandung kalori, garam, dan minyak yang cukup tinggi secara sekaligus, sehingga mengakibatkan kelebihan energi, yang disimpan di dalam tubuh menjadi lemak dan meningkatkan kadar gula dalam tubuh," ujarnya yang juga merupakan anggota Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).
Pradana menyebutkan, saat ini diabetes, khususnya diabetes melitus tipe dua, bukanlah penyakit yang secara eksklusif diderita oleh orang tua saja. Saat ini, banyak pula orang dengan usia produktif bahkan remaja dan anak-anak mengidap penyakit ini.
Padahal, kata dia, diabetes melitus tipe dua bukanlah jenis diabetes yang diakibatkan oleh faktor genetik. Untuk itu, dia menganjurkan kepada masyarakat agar melakukan deteksi dini penyakit diabetes, untuk mencegah penyakit tersebut menyebabkan komplikasi penyakit lain yang lebih parah lagi.
"Kalau usia di atas 40, atau memiliki tubuh yang gemuk, atau memiliki kebiasaan makan berlebihan, atau kurang olahraga, atau perokok, periksa. Dengan demikian kita tahu apakah kita mengidap diabetes atau tidak," tuturnya.
Senada dengan hal tersebut, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI RA Adaninggar Primadia Nariswari mengatakan upaya deteksi dini dapat membantu mencegah penyakit tidak menular agar tidak semakin memburuk.
"Jangan tunggu gejala, maka kalau tahu sudah ada risiko seperti merasa obesitas, atau memiliki keturunan yang memiliki penyakit diabetes dan hipertensi ada baiknya lakukan deteksi dini, gak usah tunggu lagi," katanya secara terpisah.
Untuk itu, dr Ningz, sapaan akrabnya menyatakan pencegahan penyakit melalui deteksi dini atau skrining di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dapat menjadi salah satu kunci untuk mencegah terjadinya penyakit tidak menular seperti diabetes yang lebih parah.