Kemenkes Sarankan Penerapan Metode Kanguru untuk Tangani Bayi Prematur

Metode ini terinspirasi dari cara kanguru menghangatkan anaknya di dalam kantong.

senseandsustainability.net
Bayi prematur/ilustrasi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan penerapan metode kanguru untuk menangani bayi yang lahir prematur
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan penerapan metode kanguru untuk menangani bayi yang lahir prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah. Ini merupakan alternatif penanganan bayi prematur selain inkubator.

Baca Juga


"Bayi prematur kan kecil, mudah mengalami hipotermia, suhu tubuh mudah turun, maka harus dimasukkan ke dalam inkubator untuk menjaga kehangatannya. Tapi, ada juga yang direkomendasikan oleh WHO yakni metode kanguru, yang lebih baik daripada inkubator," kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kemenkes Lovely Daisy dalam gelar wicara terkait prematuritas dan BBLR yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (17/11/2023).

Daisy mengemukakan, penerapan metode kanguru terinspirasi dari cara induk kanguru menghangatkan bayi dengan memasukkan bayi ke dalam kantong pada tubuhnya.

"Jadi, bayi diletakkan di dada ibu agar bayinya tenang. Kalau bayi tenang maka energinya tidak banyak terbuang dan menyusui lebih gampang. Otomatis nutrisi dapat, bayi tenang, terhindar dari infeksi, dan tumbuh kembangnya menjadi baik," ia menjelaskan.

Selain dapat menghangatkan bayi, ia mengatakan, kontak langsung antara ibu dan anak selama penerapan metode kanguru membantu membangun ikatan ibu dan bayi.

Menurut dia, metode kanguru juga mudah dilakukan dan murah. "Jadi, bisa langsung bawa pulang (bayinya) asal stabil, dan tidak perlu inkubator untuk merawat bayinya," kata dia.

Ia mengatakan, pemerintah mengupayakan pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan bagi tenaga kesehatan mengenai penerapan metode kanguru dalam penanganan bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Daisy menjelaskan pula bahwa orang tua harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi prematur maupun bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

"Tumbuh kembangnya harus dipantau rutin baik di rumah, puskesmas, posyandu, atau rumah sakit," katanya.

Ia mengatakan bahwa Kemenkes telah menyiapkan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khusus untuk bayi kecil.

"Khusus bayi kecil kami sediakan KIA bayi kecil, yang isinya lengkap informasi seputar bayi prematur dan BBLR," katanya.

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler