Dukung Pemulihan, BNI Salurkan Kredit ke BUMN Rp 97,9 Triliun

Komitmen tersebut diwujudkan melalui penyaluran pembiayaan kepada BUMN.

dok Bank BNI
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar (kiri).
Rep: Retno Wulandhari Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI proaktif untuk terus mendukung upaya pemulihan dan peningkatan kinerja seluruh perusahaan negara secara berkelanjutan. Komitmen tersebut diwujudkan melalui penyaluran pembiayaan kepada BUMN.

Baca Juga


Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan memasuki semester kedua 2023, perseroan mulai melihat banyak BUMN yang berbenah dan siap melakukan ekspansi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kuat.

“BUMN akhirnya mulai menunjukkan pertumbuhan positif. Kami cukup senang dengan tren ini, karena BUMN masih menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang cukup dominan di Indonesia," kata Royke melalui siaran pers yang diterima Republika, Senin (20/11/2023)

Kredit yang disalurkan kepada BUMN hingga September 2023 atau secara year to date mencapai Rp 97,9 triliun di September 2023. Angka tersebut mengalami peningkatan Rp 6,3 triliun, dari Rp 91,6 triliun di Desember 2022.

Peningkatan tersebut terutama disalurkan kepada BUMN yang menjalankan fungsi strategis bagi negara seperti PLN, Pertamina, dan Bulog. BNI juga mendukung bisnis dari beberapa BUMN lainnya seperti Pegadaian dan Jasa Marga.

Implementasi tata kelola BUMN saat ini, menurut Royke, juga sudah semakin bagus. Hal ini berdampak baik pada penjagaan kualitas kredit BNI khusunya yang masih terus menjaga keseimbangan pada pertumbuhan kredit dan implementasi prinsip kehati-hatian.

“BNI terus proaktif menganalisa proyek yang memberikan nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi mulai dari sektor potensial di segmen BUMN ini,” ujar Royke.

Lebih lanjut, Royke menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang tertinggi ketiga di antara negara-negara G20, di bawah Tiongkok dan India. Inflasi dalam negeri masih tetap terkendali, meskipun inflasi global cukup tinggi. Pada September 2023, inflasi Indonesia di angka 2,28 persen, terendah kelima di antara negara-negara G20 lainnya.

Royke melanjutkan, kondisi perekonomian yang positif ditandai dengan berlanjutnya pembangunan mega proyek Ibu Kota Negara atau (IKN), percepatan transisi ekonomi hijau, dan penguatan industri teknologi nasional. 

"Sebagai bank milik negara kami ingin terus mempertahankan optimisme, agar dapat selalu memberikan sentimen positif khususnya kepada para investor dan pemangku kepentingan perekonomian nasional dan global," ujar Royke.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler