Menteri Keamanan Nasional Israel Tolak Kesepakatan Pertukaran Tahanan dengan Sandera

Di 2011 seribu tahanan Palestina dibebaskan sebagai imbalan pelepasan tentara Israel.

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Itamar Ben Gvir, menteri keamanan nasional sayap kanan Israel .
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir memperingatkan bahwa kesepakatan penyanderaan dengan Hamas dalam waktu dekat akan berakhir dengan bencana. Dia mengaku kecewa karena saat ini ada upaya kesepakatan. 

Baca Juga


“Saya merasa terganggu karena kami sekali lagi terpecah belah dan sekali lagi kami tidak diberi tahu kebenarannya. Dan sekali lagi, kita didesak ke samping. Rumornya adalah bahwa Negara Israel sekali lagi akan membuat kesalahan yang sangat besar dalam gaya kesepakatan Shalit," ujar Ben-Gvir merujuk pada kesepakatan pelepasan tentara Israel bernama Gilad Shalit pada Selasa (21/11 /2023). 

Kesepakatan yang terjadi pada 2011 ini membuat  1.000 lebih tahanan Palestina dibebaskan sebagian imbalan.  “Anda ingat bahwa kami melepaskan Gilad Shalit, kami melepaskan (Yahya) Sinwar dan teman-temannya dan membawa masalah ini pada diri kami sendiri,” kata Ben-Gvir, mengacu pada pemimpin Hamas di Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melaporkan pada Selasa pagi, terdapat kemajuan dalam mencapai kesepakatan untuk pembebasan warga Israel yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza. Stasiun penyiaran publik Israel KAN melaporkan, bahwa negara Teluk Qatar mungkin mengumumkan gencatan senjata di Gaza, dengan kesepakatan pertukaran tahanan akan dilakukan antara warga Palestina dan Israel.

Laporan KAN mengutip sumber Israel yang mengetahui rincian perjanjian prospektif antara Israel dan Hamas, mengatakan, kesepakatan  tersebut akan segera diselesaikan. Qatar mungkin akan mengumumkan persyaratannya pada Selasa malam.

Hamas diyakini menahan sedikitnya 239 warga Israel menyusul serangan lintas batas pada 7 Oktober. Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza setelah serangan Hamas, membunuh lebih dari 13.300 warga Palestina, termasuk 5.600 anak-anak dan 3.550 perempuan.

Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler