Tiga Truk Bantuan Masuki Gaza, Dua di Antaranya Bawa BBM

Meski bahagia dengan gencatan senjata, warga Gaza harus kembali siap perang

AP Photo
Truk-truk pengangkut bantuan mulai memasuki Gaza, sesaat setelah masa gencatan senjata dan pembebasan sandera akan dimulai pada Jumat (24/11/2023) pagi.
Rep: Amri Amrullah  Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Truk-truk pengangkut bantuan mulai memasuki Gaza, sesaat setelah masa gencatan senjata dan pembebasan sandera akan dimulai pada Jumat (24/11/2023) pagi. Setidaknya terdapat tiga truk yang sejak pagi memasuki Gaza, di mana dua di antaranya mengangkut bahan bakar dan satu lagi mengangkut gas.

Youmna El Sayed dari Aljazirah melaporkan truk-truk bantuan tersebut memasuki Gaza dari perlintasan perbatasan Rafah. Selanjutnya truk-truk selanjutnya akan menyusul memasuki Gaza melalui pintu perbatasan Rafah. "Truk-truk tersebut berada di tempat parkir truk di dalam Gaza dan akan segera dipindahkan ke stasiun-stasiun," kata El Sayed, Jumat (24/11/2023).

Baca Juga



Sementara itu rasa bahagia menyambut masuknya bantuan di masa gencatan senjata. Walaupun masa itu hanya empat hari, warga Gaza harus kembali bersiap-siap dengan kembalinya perang dari tentara Israel.

Dilansir dari Aljazirah, Hani Mahmoud, melaporkan dari Khan Younis di Gaza Selatan, mengatakan rasa bahagia yang dirasakan warga saat ini karena pertempuran telah berhenti. Namun, mereka masih dibayangi kekecewaan karena para pejabat Israel berencana untuk melanjutkan perang.

"Ada rasa bahagia, rasa optimis, tapi itu adalah optimisme yang hati-hati karena setelah 48 hari serangan udara tanpa henti dan pembunuhan, begitu banyak orang Palestina dikelilingi oleh kehancuran dan darah, dan mayat orang-orang yang dicintai dan anggota keluarga," kata Mahmoud.

"Gencatan senjata terjadi ketika orang-orang ingin meluangkan waktu sejenak untuk saling mengecek satu sama lain dan memeriksa rumah serta harta benda mereka," ujarnya.

Ada juga fakta yang membayangi, kata Mahmoud, perang akan berlanjut dalam hitungan hari, menurut para pejabat Israel.


"Pernyataan itu sangat menghancurkan dan menyedihkan bagi banyak orang Palestina yang percaya bahwa gencatan senjata ini tidak lengkap dan tidak adil karena mereka ingin pergi dan memeriksa rumah mereka dan melihat siapa yang tersisa di antara anggota keluarga mereka," katanya.

"Empat puluh lima hari [perang] ini sangat sulit bagi semua orang di sini," ujarnya. 

Gencatan senjata Gaza selama empat hari yang disepakati oleh Hamas dan Israel berlaku untuk pertama kalinya setelah tujuh minggu perang yang menghancurkan Jalur Gaza. Gencatan senjata ini akan disusul, pembebasan sandera bagi 39 tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Sementara, Hamas akan membebaskan 13 tawanan Israel di Gaza dan diperkirakan akan dibebaskan pada Jumat pagi hingga beberapa jam ke depan. Sedangkan, truk-truk bantuan juga sudah bersiap untuk masuk dan menyeberang ke Gaza melalui pintu Rafah.

Jalur Gaza, menurut PBB, mengalami pengeboman intensif dari "udara, darat, dan laut" menjelang dimulainya gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar. Seorang jurnalis Palestina lainnya, Amal Zuhd, dan anggota keluarganya terbunuh di Kota Gaza, menurut kantor berita Wafa.

Serangan militer Israel tidak seketika berhenti jelang gencatan senjata. Menunjukkan Israel berusaha terus melanjutkan gempuran semalaman hingga ke Tepi Barat yang diduduki, di mana lebih dari 220 warga Palestina telah terbunuh sejak dimulainya perang. 

Sementara, lebih dari 14.800 orang warga Palestina syahid di Gaza sejak 7 Oktober. Di Israel, jumlah mereka yang mati terbunuh akibat serangan Hamas mencapai 1.200 orang. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler