Alquran Jelaskan Larangan Muslim Berteman dengan Yahudi (Bagian 1)

Ada beberapa riwayat yang menerangkan sebab turunnya ayat 51 surat Al Maidah.

EPA-EFE/Filip Singer
Seorang anggota komunitas Yahudi mengamati tempat lilin Hanukkah setinggi sepuluh meter di depan Gerbang Brandenburg di Berlin, Jerman, 18 Desember 2022.
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim boleh bermuamalah dengan siapapun termasuk dengan orang yang berbeda agama. Namun demikian, ketika memilih seorang pemimpin, setiap Muslim telah diperingatkan agar jangan sekali-kali menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin.

Ini berdasarkan Alquran surat Al Maidah ayat 51.

Baca Juga



 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al Maidah ayat 51).

Selain itu, dalam Alquran surat Ali Imran ayat 28.

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّآ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰىةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ

Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang kafir sebagai para wali dengan mengesampingkan orang-orang mukmin. Siapa yang melakukan itu, hal itu sama sekali bukan dari (ajaran) Allah, kecuali untuk menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Allah memperingatkan kamu tentang diri-Nya (siksa-Nya). Hanya kepada Allah tempat kembali.

Dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa kata Auliya adalah jamak dari kata waliy. Secara harfiah, kata ini berarti dekat sehingga menunjukan makna teman dekat, teman akrab, teman setia, kekasih, penolong, sekutu, pelindung, pembela dan pemimpin.

Ada beberapa riwayat yang menerangkan...

Ada beberapa riwayat yang menerangkan sebab turunnya ayat 51 surat Al Maidah. Antara lain ialah riwayat dari Ibnu Syaibah dan Ibnu Jarir dan Aṭiyah bin Sad menceritakan, bahwa Ubadah bin Samit dari Bani Khazraj datang menghadap Rasulullah SAW.

Ia menjelaskan pada Rasulullah bahwa dirinya mempunyai ikatan persahabatan dengan orang-orang Yahudi dan merupakan kawan yang akrab sekali, bukan dengan beberapa orang saja, tapi dengan jumlah yang banyak. Namun, Ubadah berencana meninggalkan hubungan yang akrab itu dengan orang-orang Yahudi.

“Saya ingin mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya dengan meninggalkan hubungan saya yang akrab selama ini dengan orang-orang Yahudi,” begitu kata Ubadah.

Mendengar ucapan Ubadah itu, Abdullah bin Ubay justru khawatir bila hubungan yang sudah dekat dengan orang Yahudi itu diputuskan malah akan mendatangkan bahaya. “Saya adalah orang penakut, saya takut kalau-kalau nanti mendapat bahaya dari orang-orang Yahudi bila hubungan yang akrab dengan mereka diputuskan,” begitu kata Abdullah bin Ubay.

Tapi Rasulullah SAW mendukung Ubadah dan meminta Abdullah bin Ubay menyimpan kekhawatirannya untuk dirinya sendiri. Maka Rasulullah SAW berkata kepada Abdullah bin Ubay, “Perasaan yang terkandung dalam hati mengenai hubungan orang-orang Yahudi dengan Ubadah, biarlah untuk kau saja, bukan untuk orang lain,”

Dalam penafsiran surat Al Maidah ayat 51 merujuk juga kepada penafsiran Ali Imran ayat 28. Kaum Muslimin dilarang menjadikan orang kafir sebagai kawan yang akrab, pemimpin atau penolong, karena yang demikian ini akan merugikan mereka sendiri baik dalam urusan agama maupun dalam kepentingan umat. Apalagi, jika dalam hal ini kepentingan orang kafir lebih didahulukan daripada kepentingan kaum Muslimin sendiri.

Hal itu akan membantu tersebar luasnya kekafiran. Ini sangat dilarang oleh agama.

Bersambung

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler