Media Israel Tercengang, Tawanan yang Dibebaskan Hamas tidak Mengalami Perlakuan Buruk

Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran di Jalur Gaza.

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Warga menyaksikan helikopter tentara Israel yang membawa warga Israel yang disandera Hamas di helipad Schneider-Childrens Medical Center di Petah Tikva, Israel, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Media Israel soroti kepulangan para tawanan Israel yang dibebaskan dari Gaza tanpa mengalami penyiksaan atau perlakuan buruk. Channel 12 Israel mengatakan, mereka bertemu dengan sejumlah kerabat tawanan Israel yang dibebaskan oleh Hamas di Gaza.

Channel 12 mengonfirmasi para tawanan tidak mengalami penyiksaan atau perlakuan buruk dalam bentuk apa pun. Namun, Channel 12 mengatakan, para tawanan hanya menerima makanan dalam jumlah terbatas. Karena dalam dua pekan terakhir, Gaza hampir kehabisan bahan makanan sehingga mereka harus puas dengan beras dalam jumlah sedikit.

Israel masih tidak mengizinkan tawanan yang dibebaskan untuk berbicara kepada media. Namun, ada pula kerabat mereka yang berbicara kepada media tanpa menyebut nama mereka. Para tawanan di Gaza diizinkan mendengarkan saluran radio Israel.

Pada 24 November, jeda kemanusiaan yang awalnya ditetapkan selama empat hari antara Israel dan faksi-faksi Palestina mulai berlaku pada pukul 07.00 waktu setempat. Perjanjian jeda kemanusiaan tersebut mencakup pembebasan 50 tawanan Israel dari Gaza dengan imbalan pembebasan 150 warga Palestina serta masuknya ratusan truk bermuatan bantuan kemanusiaan, bantuan medis, dan bahan bakar ke seluruh wilayah Jalur Gaza.

Pada Senin (27/11/2023), Qatar mengumumkan perpanjangan jeda kemanusiaan sementara selama dua hari. Qatar bersama Mesir memfasilitasi perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel. Mereka mengatakan, ada kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata selama dua hari. Sebelumnya Israel dan Hamas sepakat untuk gencatan senjata selama empat hari yang dimulai pada Jumat (24/11/2023) dan berakhir pada Senin (27/11/2023).

“Kami punya perpanjangan dua hari lagi. Ini langkah yang sangat positif," kata Duta Besar Qatar untuk PBB Alya Ahmed Saif Al-Thani kepada wartawan setelah pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB.

Kepala Layanan Informasi Negara Mesir (SIS), Diaa Rashwan mengatakan, perpanjangan tersebut akan mencakup pembebasan 20 sandera Israel yang ditangkap oleh Hamas selama serangan 7 Oktober di Israel selatan. Sebagai imbalannya, 60 tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel akan dibebaskan.

Sebelumnya, Hamas dilaporkan menginginkan perpanjangan gencatan senjata selama empat hari sementara Israel menginginkan perpanjangan dengan syarat tertentu. Seorang pejabat Israel menegaskan kembali posisi Israel bahwa mereka akan menyetujui satu hari gencatan senjata tambahan untuk pembebasan setiap kelompok yang terdiri dari 10 sandera.

Baca Juga


Sebagai imbalannya, jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan setiap kali akan mencapai tiga kali lipat jumlahnya.

Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Pengeboman Israel telah membunuh sedikitnya 14.854 warga Palestina, termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler