Studi: Penggunaan Plastik Berulang Kali Bisa Pangkas Emisi Karbon Hingga 69 Persen

Penggunaan plastik kembali juga bisa mengurangi biaya untuk produk tertentu.

www.freepik.com
Penggunaan kemasan yang dapat digunakan kembali secara luas dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari plastik sebesar 69 persen.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah studi terobosan oleh Ellen MacArthur Foundation, terungkap bahwa penggunaan kemasan yang dapat digunakan kembali secara luas dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari plastik sebesar 69 persen. Potensi luar biasa untuk perbaikan lingkungan ini disorot dalam laporan yang mencakup lebih dari 60 organisasi, termasuk perusahaan barang konsumen besar dan pemerintah nasional.

Baca Juga


Studi yang dilakukan bekerja sama dengan Systemiq dan konsultan lingkungan Eunomia ini menekankan manfaat lingkungan yang signifikan dari pengembalian dan penggunaan kembali kemasan plastik. Pendekatan ini tidak hanya menurunkan emisi secara drastis, tetapi juga menawarkan pengurangan biaya untuk produk-produk tertentu.

Laporan ini mendesak pergeseran sistemik dalam menangani dan memulihkan sampah plastik di berbagai sektor utama seperti minuman, personal care, makanan segar, dan barang-barang lemari makanan.

Skenario 'System Change' yang paling ambisius yang disajikan dalam penelitian ini menguraikan potensi skema penggunaan ulang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 35 persen hingga 69 persen, penggunaan air sebesar 45 persen hingga 70 persen, dan penggunaan material sebesar 45 persen hingga 76 persen. Namun, untuk mencapai target tersebut bergantung pada penerapan skema deposit yang mendorong tingkat pengembalian kemasan yang tinggi.

Dalam skenario ini, jika konsumen diberi insentif dengan pengembalian kemasan sebesar 20 sen euro, biaya yang terkait dengan botol yang dapat dikembalikan untuk minuman dan barang perawatan pribadi dapat secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan opsi sekali pakai. Untuk mewujudkan tingkat pengembalian yang tinggi dan skema penggunaan ulang yang kompetitif, studi ini menyoroti perlunya infrastruktur pengumpulan bersama, pengemasan terstandarisasi, dan penyatuan, yang melibatkan penggunaan bersama kemasan oleh beberapa entitas.

“Studi ini menekankan kebutuhan mendesak bagi para pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis di sektor barang konsumen yang bergerak cepat untuk mengubah praktik mereka. Seruan untuk bertindak ini menggarisbawahi peran penting dari perubahan sistemik dalam memerangi polusi plastik dan perubahan iklim,” kata Jean-Pierre Schwetizer, manajer ekonomi sirkular di Biro Lingkungan Hidup Eropa, seperti dilansir One Green Planet, Rabu (29/11/2023).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler