Kiki Fatmala Berjuang Melawan Kanker Paru Sebelum Wafat, Seperti Apa Gejalanya?
Kanker paru sering kali baru terdiagnosis di stadium lanjut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepergian aktris Kiki Fatmala menyisakan duka mendalam di industri hiburan Tanah Air. Aktris legendaris tersebut sempat berjuang melawan kanker paru selama dua tahun sebelum menutup usia di umur 56 tahun.
Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sekitar 85 persen dari semua kasus paru-paru dipicu oleh kebiasaan merokok.
"Kanker paru sering kali baru terdiagnosis di stadium lanjut, ketika opsi pengobatannya sudah terbatas," jelas WHO, seperti dikutip oleh Republika.co.id pada Jumat (1/12/2023).
Menurut peneliti Peter M Ellis dan Rachel Vandermeer dalam Journal of Thoracic Disease, hanya ada sekitar 20-30 persen pasien kanker paru yang datang dalam kondisi bisa diberikan terapi pembedahan dan masih dalam stadium awal. Sebagian besar pasien kanker paru umumnya datang ke dokter dalam kondisi stadium III atau dalam kondisi metastasis (sel kanker menyebar ke organ lain).
"Waktu rata-rata dari kemunculan gejala pertama hingga dimulainya terapi adalah sekitar enam bulan," ungkap Ellis dan Vandermeer, seperti dikutip dari laman resmi National Center for Biotechnology Information (NCBI).
Ellis dan Vandermeer mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang membuat kanker paru sering kali terlambat terdiagnosis adalah gejalanya. Keduanya mengungkapkan bahwa gejala-gejala kanker paru memiliki kemiripan dengan beberapa penyakit pernapasan kronis lain, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Hal serupa juga diungkapkan oleh WHO. Menurut WHO, gejala kanker paru pada stadium awal relatif ringan dan kerap dianggap sebagai gejala dari penyakit pernapasan lain.
Berikut ini adalah beberapa gejala kanker paru yang paling umum.
Batuk yang tak kunjung sembuh
Nyeri dada
Sesak napas
Batuk berdarah
Lelah
Penurunan berat badan tanpa sebab
Infeksi paru yang kambuh berulang
Terapi pengobatan untuk kanker paru akan sangat bergantung pada jenis kanker paru yang diidap pasien, seberapa berat kondisinya, tingkat penyebarannya, hingga riwayat kesehatan pasien itu sendiri. Namun semakin cepat kanker paru didiagnosis dan diobati, semakin baik pula hasil pengobatan yang bisa dirasakan oleh pasien.
Secara umum, WHO mengungkapkan bahwa ada lima modalitas terapi yang bisa diberikan kepada pasien kanker paru. Modalitas terapi tersebut adalah pembedahan, radioterapi (radiasi), kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi.
Pembedahan sering kali dilakukan....
"Pembedahan sering kali dilakukan di stadium awal kanker paru, bila tumor belum menyebar ke area lain di tubuh. Kemoterapi dan terapi radiasi bisa membantu mengecilkan tumor," tambah WHO.
Sedangkan untuk pasien stadium lanjut yang sudah mengalami metastasis, jenis terapi yang memainkan peran besar adalah terapi sistemik. Contoh dari terapi sistemik adalah kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi.
Meski begitu, terapi lokal seperti terapi radiasi dan pembedahan juga bisa diberikan kepada pasien stadium lanjut. Terapi lokal umumnya dilakukan untuk lokasi metastasis yang spesifik atau untuk meredakan gejala yang muncul akibat pertumbuhan tumor
"Tingkat harapan hidup selama lima tahun (untuk pasien paru yang terdiagnosis di stadium akhir) adalah sekitar 15 persen," ujar Ellis dan Vandermeer.
Oleh karena itu, upaya pencegahan kanker paru sangat penting untuk dilakukan. Menurut WHO, cara terbaik untuk mencegah kanker paru adalah menghindari kebiasaan merokok.
Selain itu, WHO juga menganjurkan agar orang-orang menghindari beberapa faktor risiko lain dari kanker paru. Faktor-faktor risiko tersebut adalah menjadi perokok pasif, paparan polusi udara, dan paparan bahaya di tempat kerja, seperti zat kimia dan asbestos.
WHO juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam upaya pencegahan kanker paru. Misalnya, dengan menerapkan kebijakan berhenti merokok, mempromosikan lingkungan bebas asap rokok, hingga membuat kebijakan pengendalian tembakau.
Selain upaya-upaya pencegahan primer, WHO juga merekomendasikan upaya pencegahan sekunder untuk kanker paru. Upaya pencegahan sekunder ini bertujuan untuk mendeteksi kanker paru pada stadium awal, atau bahkan sebelum gejala bermunculan. Pencegahan sekunder ini bisa dilakukan dengan tes skrining kanker paru, misalnya dengan low-dose computed tomography (LDCT).