Petani di Lereng Gunung Marapi Masih Beraktivitas di Tengah Erupsi

Pemerintah Desa setempat sudah memberikan larangan terkait erupsi Marapi.

AP Photo/Ardhy Fernando
Gunung Marapi memuntahkan material vulkanik saat meletus di Agam, Sumatera Barat, Indonesia, Senin, 4 Desember 2023. Gunung berapi tersebut memuntahkan kolom abu tebal setinggi 3.000 meter (9.800 kaki) ke langit dalam letusan mendadak pada Minggu dan panas. awan abu menyebar beberapa mil (kilometer).
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, LUBUK BASUNG -- Petani di sekitar lereng Gunung Marapi, Sumatera Barat terlihat masih beraktivitas meski erupsi masih terjadi. Padahal, pemerintah desa setempat telah memberikan imbauan larangan sementara waktu.

Baca Juga


"Kami sudah memberikan peringatan dan imbauan larangan kepada warga Batu Palano yang 90 persen dari 3.000 warga adalah petani. Tapi sebagian kecil masih beraktivitas," kata Kepala Desa Batu Palano Darizal, Senin (4/12/2023). 

Imbauan yang disampaikan berupa kewaspadaan dan selalu memonitor perkembangan erupsi gunung api Marapi. Pemerintah desa juga memanfaatkan pengeras suara di mesjid dan mushala daerah setempat.

Darizal mengungkap, warga di sekitar lereng gunung telah terbiasa dengan hembusan abu vulkanik walaupun erupsi yang terjadi pada Ahad (3/12/2023) memiliki intensitas yang lebih besar. 

"Di awal erupsi, memang sebagian besar langsung berhenti berladang karena adanya suara gemuruh yang cukup besar, namun tidak berapa lama mereka kembali bekerja seperti biasa," katanya.

Menurutnya, Batu Palano dengan jarak lima kilometer dari puncak Gunung Marapi menjadi pintu masuk para pendaki gunung, namun di saat awal erupsi tidak jelas terlihat karena tertutup kabut.

"Kebetulan tidak terlihat letusannya, yang terasa hanya getaran dan disangka warga adalah gempa kecil, ada lima desa kecil atau jorong di daerah ini, Jorong Simpang 4, Simpang 3, Padang Tarok, Giring-Giring dan Aceh Baru," kata Darizal. 

Ia mengungkapkan, hingga saat ini, untuk wilayah Batu Palano Sungai Pua tidak mengalami kerugian berarti apalagi adanya korban jiwa. Salah seorang petani cabai di Batu Palano, Husniah (50) mengatakan dirinya sempat dilarang ke ladang oleh anaknya karena takut terdampak erupsi, tapi ia bersikeras tetap bekerja. 

"Awalnya memang dilarang anak, namun karena erupsi yang lalu juga tidak terlalu mengganggu, maka saya kembali saja ke ladang," kata dia.

Sungai Pua menjadi daerah pertanian subur di Sumatera Barat dengan ragam hasil tani berupa cabai, tomat, wortel, kol dan sawi.

"Hasil panen musim ini cukup berhasil, semua kami jual hingga luar daerah, paling banyak pesanan ke Riau," kata Husniah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler