Mantan Kepala Shin Bet Desak Netanyahu Mundur

Netanyahu menghadapi kritik atas kegagalannya melindungi Israel dari serangan Hamas.

AP Photo/Abir Sultan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Rep: Amri Amrullah Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Mantan Kepala Dinas Keamanan Israel, Shin Bet Israel pada Senin (4/12/2023), meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera mengundurkan diri. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Israel Channel 12, Yuval Diskin mengatakan bahwa perilaku Netanyahu sejak 7 Oktober "menjelaskan dengan baik mengapa dia harus pulang sekarang."

Baca Juga


Diskin mengatakan Netanyahu terlihat "kalah dan diabaikan" dalam dua minggu pertama setelah 7 Oktober, karena ia menolak untuk mengakui tanggung jawab atas serangan Hamas. "Kita harus memilih dalam pemilu mendatang kepemimpinan yang baru, dapat dipercaya dan rendah hati yang mencintai rakyatnya, bukan dirinya sendiri," kata Diskin. 

Netanyahu menghadapi kritik yang semakin meningkat atas kegagalannya untuk mengakui tanggung jawab atas serangan Hamas di kota-kota perbatasan Israel pada 7 Oktober lalu.

Sebuah jajak pendapat baru-baru ini oleh Lazar Research Institute untuk harian Israel Maariv menemukan bahwa hanya 27 persen warga Israel yang percaya bahwa Netanyahu adalah orang yang tepat untuk menjalankan pemerintahan Israel saat ini.

Survei ini menemukan bahwa 49 persen warga Israel, atau sekitar setengahnya, percaya bahwa Benny Gantz, pemimpin Partai Persatuan Nasional, adalah tokoh terbaik untuk memimpin pemerintahan negara tersebut.

Israel melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza pada hari Jumat pekan lalu, setelah berakhirnya gencatan senjata selama seminggu dengan kelompok Palestina Hamas.

Sedikitnya 15.899 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 42.000 lainnya terluka dalam serangan udara dan darat tanpa henti di daerah kantung tersebut sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas batas oleh Hamas.

Jumlah korban tewas Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang, menurut angka resmi. Jumlah korban di pihak Israel itu diduga juga akibat kecerobohan pihak Israel, dalam mengantisipasi serangan awal Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler