Indonesia Kehilangan Sejuta Petani, Pengamat: Harus Kerja Ekstra Keras
Memburuknya pertanian bisa dilihat dari peningkatan impor.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pertanian Khudori menilai hasil Sensus Pertanian 2023 tahap 1 yang dirilis Senin (4/12/2023) harus direspons serius oleh pemerintah. Ia menilai, perlu ada banyak tata kelola pertanian yang dibenahi.
"Meskipun sudah diduga sejak awal bahwa tantangan yang dihadapi sektor pertanian akan semakin berat seperti tecermin dari hasil sensus, namun data-data yang dirilis membuat para pemangku kepentingan pertanian untuk bekerja lebih dan ekstra keras lagi untuk menangani pertanian," kata Khudori kepada Republika, Selasa (5/12/2023).
Khudori mengatakan sektor pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan kinerja. Angka surplus sektor pertanian selama ini ditopang oleh perkebunan, sedangkan tanaman pangan yang menjadi basis kebutuhan pokok masyarakat malah terus menurun.
"Komoditas perkebunan yang lain atau subsektor yang lain terus mengalami keterpurukan. Salah satunya tercermin dari impor pangan, baik nilai maupun volume, yang terus naik," kata Khudori.
Kata dia, saat ini masyarakat sangat bergantung pada sektor pertanian, terutama masyarakat desa. Warga di perdesaan sebagian besar masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian.
Akan tetapi, gantungan hidup warga ini ditandai kondisi yang semakin gurem dan produktivitas yang rendah yang ujung-ujungnya tidak memberikan jaminan keuntungan dan kesejahteraan bagi para pelakunya.
"Jumlah petani gurem yang makin besar ini menandai bahwa barisan orang miskin dari sektor pertanian kian bertambah. Dengan mengusahakan lahan kurang dari 0,5 ha, penghasilan dari sektor pertanian dipastikan tidak akan mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga," kata Khudori.