Vladimir Putin Kunjungi Uni Emirat Arab dan Arab Saudi

Peningkatan hubungan bilateral menjadi fokus utama dari lawatan tersebut

AP Photo/Mikhail Klimentyev
Presiden Rusia Vladimir Putin diagendakan memulai kunjungan kerjanya ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin diagendakan memulai kunjungan kerjanya ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi pada Rabu (6/12/2023). Peningkatan hubungan bilateral menjadi fokus utama dari lawatan tersebut.

“Pertemuan akan dimulai di UEA, setelah pertemuan resmi di bandara dan pertemuan di istana. Akan ada pembicaraan antardelegasi. Setelah itu, akan ada dialog tatap muka antara Putin dan (Presiden UEA) Mohammed Al Nahyan,” ungkap Ajudan Presiden Rusia Yury Ushakov kepada awak media, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Ushakov mengatakan, Rusia memiliki hubungan bilateral yang sangat baik dengan UEA. “Kami puas dengan perkembangannya. Kerja sama bersifat kemitraan yang komprehensif dan bermanfaat. Dan, tentu saja, komunikasi dan kontak berbasis kepercayaan antara para kepala negara kami berperan penting dalam hal ini,” ucapnya. 

Ushakov menambahkan, pertemuan Putin dengan Mohammed Al Nahyan akan menjadi yang kedua tahun ini. Pada Juni lalu, keduanya sempat bertemu di sela-sela St. Petersburg International Economic Forum. UEA menjadi tamu kehormatan dalam acara tersebut.

Dia mengungkapkan, UEA adalah mitra ekonomi luar negeri utama Rusia di dunia Arab. Ushakov menyebut, pada 2022, omset perdagangan timbal balik mencapai titik tertinggi dalam sejarah dan mencapai rekor 9 miliar dolar AS. “Tahun ini, interaksi juga berkembang dengan sangat baik. Menurut perhitungan kami untuk Januari-September, omset perdagangan bertambah 63 persen dibandingkan angka tahun lalu pada periode yang sama,” ujarnya.

Dari UEA, Putin akan melanjutkan perjalanannya ke Saudi dan mengadakan pertemuan dengan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Ushakov mengatakan, hubungan kerja sama antara Moskow dan Riyadh juga terjalin sangat baik. Dia menyebut, omset perdagangan dengan Saudi pada periode Januari-September tahun ini meningkat 4,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan mencapai 1,35 miliar dolar AS.

Menurut Ushakov, bidang pertanian, energi; termasuk tenaga nuklir, industri, investasi, dan luar angkasa menjadi bidang-bidang yang berpotensi dikerjasamakan dengan Saudi. Sekitar 70 persen perdagangan kedua negara berasal dari ekspor produk pertanian Rusia. Ushakov mengatakan, Putin dan Pangeran MBS diperkirakan akan turut membahas kerja sama dalam kerangka koridor transportasi internasional Utara-Selatan selama pertemuan mereka.

Kunjungan Putin ke Saudi dan UEA dimungkinkan karena bukan bagian ICC...


Kunjungan Putin ke Saudi dan UEA dimungkinkan terjadi karena kedua negara tersebut bukan merupakan negara pihak dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Pada 17 Maret 2023 lalu, ICC diketahui telah menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Putin. Presiden Rusia itu dituduh melakukan kejahatan perang karena diduga terlibat dalam penculikan anak-anak di Ukraina. 

“(Putin) diduga bertanggung jawab atas kejahatan perang berupa deportasi penduduk yang tidak sah dan pemindahan penduduk yang tidak sah dari wilayah pendudukan Ukraina ke Federasi Rusia,” kata ICC dalam sebuah pernyataan pada Maret lalu.

ICC juga menerbitkan surat penangkapan untuk Komisaris Hak Anak di Kantor Kepresidenan Rusia Alekseyevna Lvova-Belova. Dia dituduh melakukan kejahatan serupa seperti Putin. ICC mengatakan bahwa majelis pra-sidangnya menemukan ada alasan logis untuk percaya bahwa setiap tersangka memikul tanggung jawab atas kejahatan perang berupa deportasi penduduk dan pemindahan penduduk yang tidak sah dari wilayah pendudukan Ukraina ke Federasi Rusia, dengan prasangka anak-anak Ukraina. 

Rusia sebenarnya menandatangani Statuta Roma pada tahun 2000. Namun ia tidak pernah meratifikasinya untuk menjadi anggota ICC. Moskow akhirnya menarik tanda tangannya pada 2016. Kala itu Rusia berada di bawah tekanan internasional atas perampasan dan aneksasi Krimea secara sepihak dari Ukraina pada 2014, serta kampanye serangan udara di Suriah untuk mendukung perang Presiden Bashar al-Assad melawan kelompok oposisi bersenjata.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler