Kasus Mycroplasma Pneumonia di Jakarta: Pasien Temuda 3 Tahun, Tertua 13 Tahun

Kemenkes menindaklanjuti temuan 6 kasus mycroplasma pneumonia.

www.hippopx.com
Anak sakit (ilustrasi). Ada 6 kasus mycroplasma pneumonia terdeteksi di Jakarta. Pasien termuda usia 3 tahun dan tertua 13 tahun.
Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menindaklanjuti temuan enam kasus Mycroplasma pneumonia di Jakarta. Kemenkes mennggunakan penyelidikan epidemiologi guna memutus mata rantai penularan kasus di masyarakat.

Baca Juga


"Kami Kemenkes dua hari lalu mendapat laporan dari Dinas Kesehatan DKI. Setelah kami konfirmasi, saat ini ada enam kasus Mycroplasma pneumonia yang pernah dirawat, karena sebelumnya memang sudah ada," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers via virtual di Jakarta, Rabu (6/12/2023).

Ia mengatakan enam kasus Mycroplasma pneumonia di Jakarta dialami pasien pada rentang usia termuda 3 tahun dan yang tertua 13 tahun. Kejadian itu dilaporkan dari Rumah Sakit Medistra Jakarta sebanyak lima pasien dan The Jakarta Women and Children Clinic (JWCC) sebanyak satu pasien.

Gejala yang dilaporkan mirip dengan pneumonia pada umumnya, seperti muncul ingus, napas sesak, dan umumnya diawali dengan panas, batuk, sakit kepala, serta sesak napas ringan. "Kejadian di RS Medistra ada yang masuk rumah sakit, dua yang dirawat tanggal 12 dan 25 Oktober, kemudian yang lainnya rawat jalan di bulan November," katanya.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium di RS Medistra, kata Maxi, memang terbukti positif bakteri Mycroplasma pneumonia, dan Kemenkes melakukan cek silang sampel pasien di jejaring laboratorium pemerintah dengan hasil yang sama.

Menurut hasil laporan harian dari RS setempat, kata Maxi, semua pasien sudah dinyatakan sembuh. Namun, sebagai upaya tindak lanjut atas kejadian itu, Kemenkes melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap kejadian kontak erat dengan pasien.

"Dari enam kasus ini, kami akan lakukan penelusuran ke depan melalui penyelidikan epidemiologi. Tim kami tetap menggali informasi dia sekolah di mana, takutnya di sekolah itu menyebar, dan tempat tinggalnya di mana kami kejar untuk intervensi karena penularannya droplet yang mudah sekali menular," katanya.

Meski umumnya bergejala ringan, tapi Maxi mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai mycroplasma pneumonia yang kini sedang mengalami tren peningkatan kasus di China. Caranya, dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun untuk membunuh bakteri.

"Kalau flu, batuk, beringus, wajib diri sendiri pakai masker, kalau pemerintah sifatnya mengimbau biar tidak menularkan orang lain," katanya.*

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler