Kasus Jagakarsa, Ini Faktor Pemicu KDRT dan Pembunuhan Keluarga Versi Kriminolog UI

Kriminolog UI menyebut ada beberapa faktor pemicu KDRT dan pembunuhan keluarga.

Republika/Alkhaledi Kurnialam
Proses evakuasi empat jenazah anak di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kriminolog UI menyebut ada beberapa faktor pemicu KDRT dan pembunuhan keluarga.
Rep: Shabrina Zakaria Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Josias Simon, menyebut beberapa faktor yang menjadi pemicu dalam tewasnya empat anak, akibat dikunci di kamar oleh ayahnya di wilayah Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan. Menurut Simon, kemungkinan ada persoalan kompleks yang dihadapi keluarga bermasalah di Jakarta.

Salah satunya, kata dia, yakni dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuni bisa menjadi pemicu adanya keretakan rumah tangga, hingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Serta pemicu secara emosional dalam mencari jalan keluar, seperti dugaan membunuh.

Sebab, diketahui ayah dari empat anak itu telah lama menganggur. Sedangkan sang ibu sedang dirawat di rumah sakit karena tindak KDRT yang dilakukan oleh suaminya.

“Ya (faktor ekonomi) bisa jadi pemicu dan pemicu itu banyak,” kata Simon dikonfirmasi Republika, Kamis (7/12/2023).

Di samping itu, kata Simon, lingkungan yang kurang kohesif atau tetangga yang kurang peduli bisa menjadi pendukung kasus ini terjadi. Sebagai contoh, bau busuk yang beredar di lingkungan sudah tercium selama beberapa hari. 

“Lingkungan yang kurang kohesif, kurang peduli, menjadi pendukung kasus ini terjadi. Misalnya bau busuk sudah beberapa hari,” ucapnya.

Tak hanya kejadian di Jagakarsa, Simon mengatakan, kasus pembunuhan di internal keluarga dipicu beberapa faktor. Salah satunya karena dendam, seperti yang terjadi di Kota Depok, Jawa Barat di mana seorang anak bernama Rifki Azis Ramadhan (22 tahun) tega membunuh ibu kandung dan menganiaya ayah kandungnya sendiri menggunakan senjata tajam karena sakit hati.

Menurutnya, penyebab langsung tindak kejahatan ini terjadi karena sulitnya para pelaku dalam mengontrol emosinya. Ia pun menyarankan agar para pelaku juga mendapatkan pendampingan secara moral, seperti aturan yang berlaku.

“Tiap kasus tentu berbeda pemicu. Ekonomi, hubungan sosial, pribadi atau balas dendam, terabaikan, dan seterusnya. Tentu karena kemungkinan besar anger management yang kurang baik, penyebab langsung tindak kejahatannya,” jelas Simon.

Sebelumnya, diberitakan empat anak di bawah umur berinisial V (6 tahun), S (4), A (3) dan A (1) ditemukan meninggal dunia di sebuah kontrakan di RT 04/03, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (6/12/2023). Jenazah korban ditemukan telah membusuk di dalam kamar dan diduga dibunuh oleh ayah kandungnya sendiri PD (41 tahun).

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler