Israel Lakukan 449 Serangan Terhadap Layanan Kesehatan di Gaza dan Tepi Barat

WHO menekankan dampak bencana konflik terhadap situasi kesehatan di Gaza.

AP
Para pemuda Palestina di Jalur Gaza bergotong royong membersihkan kompleks Rumah Sakit (RS) Al-Shifa yang hancur akibat serangan pasukan Israel pada Ahad (26/11/2023).
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengonfirmasi lebih dari 449 serangan terhadap layanan kesehatan di Gaza dan Tepi Barat sejak 7 Oktober. Dia mengatakan, pekerjaan para petugas kesehatan tidak mungkin dilakukan lagi saat ini.

Baca Juga


Tedros berbicara pada sesi khusus yang diselenggarakan oleh dewan eksekutif WHO mengenai situasi kesehatan di wilayah pendudukan Palestina pada Ahad (10/12/2023). Dia menekankan bahwa fasilitas kesehatan tidak boleh menjadi target. Dari total 36 rumah sakit yang ada, hanya 14 rumah sakit yang berfungsi sebagian.

Pemimpin WHO ini menekankan dampak bencana konflik terhadap situasi kesehatan di Gaza. “Lebih dari 17 ribu orang dilaporkan terbunuh di Gaza, termasuk 7.000 anak-anak dan kami tidak tahu berapa banyak yang terkubur di bawah reruntuhan rumah mereka. Lebih dari 46 ribu orang terluka dilaporkan,” kata Tedros dikutip dari Anadolu Agency.

Menurut Tedros, sebanyak 1,9 juta orang telah mengungsi atau hampir seluruh penduduk Jalur Gaza. "Mereka mencari perlindungan di manapun mereka dapat menemukannya. Tidak ada tempat dan tidak ada seorang pun yang aman di Gaza,” ujarnya.

Rata-rata, terdapat satu unit kamar mandi untuk setiap 700 orang dan satu toilet untuk setiap 150 orang. Sudah muncul sinyal-sinyal yang mengkhawatirkan dari penyakit epidemik, termasuk diare berdarah dan penyakit kuning.

“Seiring dengan semakin banyaknya orang yang pindah ke wilayah yang semakin kecil, kepadatan yang berlebihan, ditambah dengan kurangnya makanan, air, tempat tinggal dan sanitasi yang memadai, menciptakan kondisi ideal bagi penyebaran penyakit,” kata Tedros.

Ketua WHO menekankan dukungan terhadap seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk gencatan senjata kemanusiaan yang permanen. Dia mendesak guna memastikan pengiriman bantuan penting kepada mereka yang membutuhkan di Jalur Gaza.

“Gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk benar-benar melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat Gaza. Saya sangat menyesal bahwa Dewan Keamanan tidak dapat menyesuaikan resolusi gencatan senjata tersebut pada Jumat lalu,” kata Tedros merujuk pada veto AS menghalangi seruan internasional untuk gencatan senjata pekan lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler