Kasus Malang, Sosiolog: Tekanan Mental Jadi Kalap Sampai Tega Bunuh Anggota Keluarga
Sosiolog sebut tekanan mental jadi kalap sampai tega membunuh anggota keluarga.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog dari Universitas Negeri Padang, Erianjoni, menilai maraknya kasus pembunuhan bahkan di dalam keluarga disebabkan oleh faktor ekonomi. Menurut Erianjoni, pada zaman kemajuan teknologi dan informasi, orang jadi ingin lebih cepat untuk mendapatkan yang ia inginkan.
Padahal kondisi ekonominya tidak atau belum memungkinkan. Sehingga tekan ekonomi itu berlanjut menjadi tekanan sosial dan akhirnya berubah lagi menjadi tekanan mental.
“Saya rasa persoalan keluarga itu berawal dari masalah ekonomi. Tekan ekonomi terjadi karena adanya tekanan sosial. Dan ketika sudah jadi tekanan mental, orang akan kalap dan tidak lagi berfikir sesuai logika sampai tega membunuh anggota keluarga,” kata Erianjoni, kepada Republika.co.id, Kamis (14/12/2023).
Erianjoni menyebut tekanan sosial saat ini banyak bersumber dari media sosial yang dapat diakses setiap saat dalam waktu 24 jam. Di sosial media, ada banyak konten orang yang pamer kemewahan yang membuat orang-orang yang berada pada kemampuan ekonomi biasa-biasa saja terpengaruh.
Orang yang terpengaruh ini menurut Erianjoni melakukan pemaksaan kehendak agar juga dapat hidup di level di atas kemampuannya. Sehingga ia kemudian terlilit utang, terjerat pinjaman online (pinjol) dan lain-lain. Sehingga hal itu kemudian membuat seseorang menjadi stress yang dampaknya adalah hilangnya keramahan di dalam rumah tangga.
Erianjoni membagi ada tiga penyebab fenomena pembunuhan di dalam keluarga yang akhir-akhir ini sering terjadi. Pertama penyebab primer yakni masalah ekonomi. Penyebab sekundernya adalah adanya konflik di dalam keluarga.
Seperti kecemburuan suami istri dan masalah asmara lainnya. Setelah faktor primer dan sekunder ini berkumpul, lalu berujung kepada tindakan kekerasan atau KDRT dan bahkan sampai kepada perbuatan pembunuhan.
“Faktor-faktor tadi menjadi satu lalu membuat orang gelap mata. Tega membunuh istri, membunuh suami, membunuh anak, membunuh orang tua,” ujar Erianjoni.
Contoh kasus terbaru yang menjadi sorotan publik adalah pembunuhan 4 anak di Jagakarsa, Jakarta Selatan pekan lalu. Di mana tersangka bernama Panca tega membunuh 4 buah hatinya karena sakit hati kepada istri.