Jaga Lingkungan, Ini 6 Tips Terapkan Wisata Berkelanjutan
Wisata berkelanjutan adalah membuat pilihan cerdas dalam setiap aspek perjalanan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wisata berkelanjutan adalah tentang membuat pilihan yang lebih cerdas dalam setiap aspek perjalanan. Dimulai dari saat memesan transportasi dan akomodasi, tidak merusak lingkungan dan alam, hingga menikmati kelokalan setempat.
Dilansir Lonely Planet, Jumat (22/12/2023), berikut adalah beberapa cara sederhana untuk menerapkan wisata yang berkelanjutan dan memberi dampak positif pada perjalanan Anda.
1. Melancong di luar jam-jam sibuk
Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena global overtourism mulai membebani infrastruktur dan ekosistem, serta mengesampingkan masyarakat lokal. Untuk mengantisipasi overtourism, para wisatawan bisa mencoba datang dan menjelajah destinasi di luar waktu yang sibuk.
“Jika Anda benar-benar ingin menikmati kanal-kanal di Venesia, atau La Sagrada Familia di Barcelona, pertimbangkan untuk melakukan perjalanan di luar musim panas atau liburan sekolah. Selain akan lebih sepi, Anda juga akan membantu bisnis yang mungkin kesulitan di luar musim liburan,” kata Justin Francis, CEO perusahaan perjalanan aktivis Responsible Travel.
2. Pergi melalui jalan darat atau kereta api
Kereta api, pesawat terbang, dan mobil. Mana yang terbaik? Perjalanan udara adalah musuh besar dari perjalanan yang berkelanjutan karena menimbulkan kerusakan lingkungan. Orang Swedia bahkan menciptakan frasa baru, 'flygskam' atau 'flight shame’, merujuk pada perasaan bersalah terhadap lingkungan yang dirasakan para pelancong saat melakukan penerbangan.
Sayangnya, terkadang penerbangan tidak bisa ditawar lagi. Jika Anda tinggal di New York dan harus mengunjungi Shanghai, mau tidak mau Anda pasti harus naik pesawat. Jadi solusi terbaiknya adalah mengurangi terbang.
"Daripada melakukan tiga atau empat kali perjalanan singkat melalui udara setiap tahun, cobalah untuk melakukan satu perjalanan yang lebih panjang dengan pesawat dan beberapa 'staycation' atau perjalanan di mana Anda menggunakan jalan darat atau kereta api," saran Francis.
Dia juga mencatat bahwa pelancong harus selalu memilih kelas ekonomi, karena first class dapat memiliki jejak karbon yang jauh lebih tinggi. “Anda juga bisa mencari tahu maskapai penerbangan yang memiliki emisi terendah. Dan jika memungkinkan, lakukan perjalanan darat ke tempat tujuan daripada menggunakan penerbangan domestic,” kata dia.
3. Pilihlah akomodasi yang ramah lingkungan
Akomodasi ramah lingkungan telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, berkat perubahan sikap di kalangan konsumen. Ada penginapan netral CO2 yang ditawarkan di tempat-tempat seperti The Brando di Tahiti, Olakira Camp di Serengeti, Boutiquehotel Stadthalle di Wina, dan Hotel Kong Arthur di Copenhagen, bagian dari Arthur Hotels, yang merupakan grup hotel netral karbon pertama di dunia. Anda bahkan dapat mencoba Zero Island, sebuah pulau ramah turis di Swedia yang berhasil menjadi netral karbon dalam waktu satu tahun.
Dalam hal sampah plastik, Angama Mara di Kenya mengikuti kebijakan bebas plastik yang ketat dan EDITION Hotels meluncurkan kampanye "Stay Plastic Free" untuk menghilangkan plastik sekali pakai dari industri perhotelan.
4. Kemaslah barang-barang yang dapat digunakan kembali
Cara terbaik untuk mengurangi produksi sampah adalah dengan memproduksi lebih sedikit. Vicky Ellmore dari Reusable Nation menyarankan untuk mengemas barang yang ringan dan terarah. Misalnya, bawalah barang-barang yang dapat digunakan kembali seperti botol air, cangkir kopi, sedotan steel atau bambu, wadah makanan (yang dapat dilipat sangat bagus untuk bepergian) dan alat makan dari bambu atau garpu supaya dapat menghindari plastik sekali pakai.
“Bawalah tas belanja yang dapat digunakan kembali sehingga Anda dapat berbelanja tanpa plastik, dan bawalah peralatan mandi tanpa limbah. Anda akan menghasilkan lebih sedikit sampah dan tidak perlu khawatir dengan cairan dan aerosol,” kata Ellmore.
5. Belanjakan uang Anda ke produk lokal
Jika Anda memilih akomodasi milik warga lokal, makan di restoran independen, membeli produk buatan lokal, dan memilih pengalaman lokal, Anda bisa memberikan dampak positif. Perusahaan sosial perjalanan seperti I Like Local menggunakan uang turis untuk menciptakan pendapatan yang berkelanjutan bagi pemandu dan tuan rumah lokal di 19 negara di Asia dan Afrika.
“Karena banyak penduduk lokal di Asia dan Afrika yang tidak mendapatkan keuntungan dari pariwisata di negara mereka dan semakin banyak pelancong yang mencari pengalaman perjalanan yang otentik, kami menghubungkan titik-titik tersebut. Wisatawan seperti Anda bisa bergabung dengan kehidupan lokal dan penduduk setempat mendapatkan 100 persen dari uang yang dia minta untuk pengalaman tersebut,” kata founder I Like Local, Sanne Meijboom.
6. Pilihlah pengalaman bersama satwa dengan hati-hati
Bahkan swafoto yang 'tidak berbahaya' pun dapat mengancam satwa liar. Menurut lembaga amal World Animal Protection (WPA), hewan-hewan di Amazon direnggut dari alam liar agar para turis dapat berfoto selfie untuk Instagram dan media sosial lainnya.
Hewan seharusnya tidak digunakan untuk hiburan manusia dan mereka harus hidup sebebas mungkin dari campur tangan manusia. Jika Anda ingin melihat hewan liar di habitat aslinya, pilihlah tempat yang menawarkan interaksi dengan hewan secara etis dan berkelanjutan seperti suaka gajah dan proyek sukarelawan konservasi laut.