Israel Dilaporkan Gunakan Bom Terbesar Selama Perang di Gaza, Segini Beratnya

Bom ini digunakan di selatan Jalur Gaza dimana diklaim sebagai daerah aman bagi sipil

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Asap mengepul setelah serangan udara Israel di lingkungan Shujayya di Jalur Gaza, terlihat dari Israel selatan, 21 Desember 2023.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Surat kabar Amerika Serikat (AS) The New York Times melaporkan hasil investigasi visualnya menunjukkan Israel menggunakan "bom terbesar dan paling menghancur" selama perang di Gaza enam pekan terakhir. Bom ini digunakan di selatan Jalur Gaza di mana militer Israel klaim daerah aman bagi warga sipil.

Baca Juga


"Temuan mengungkapkan bom seberat 2.000 pon menimbulkan ancaman bagi warga sipil yang mencari tempat aman di seluruh Gaza selatan," kata The New York Times seperti dikutip Aljazirah, Jumat (22/12/2023).

Harian itu menambahkan pakar senjata mengatakan "pasukan AS hampir tidak pernah lagi menjatuhkan bom seberat itu di daerah padat penduduk." The New York Times melaporkan saat ditanya tentang pengeboman di selatan Gaza, Israel mengatakan prioritas mereka adalah menghancurkan Hamas.

"Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan ditelaah lebih lanjut," kata seorang juru bicara pemerintah Israel yang dikutip The New York Times.

Sementara itu dikutip dari Aljazirah, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu sampai Kamis (21/12/2023) korban jiwa dari Palestina mencapai 20.057 orang.

Ketika pertempuran berkecamuk, beberapa hari terakhir tahun ini upaya-upaya diplomatik untuk mencegah bencana kemanusiaan dan menyepakati gencatan senjata baru juga semakin intensif dilakukan. Kedua belah pihak ingin mencapai kesepakatan untuk membebaskan sandera yang masih ditawan Hamas dan Israel menghentikan agresinya di Gaza.

Kunjungan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh ke Mesir untuk melakukan negosiasi sudah memasuki hari kedua. Sebelumnya jarang pemimpin Hamas melakukan intervensi pribadi, negosiasi ini menandakan tahapan penting dalam diplomasi.

Kelompok milisi lainnya di Palestina, Jihad Islam juga mengatakan pemimpinnya sedang menuju ke Mesir.

"Ini adalah diskusi dan negosiasi yang sangat serius, dan kami berharap mereka mengarah ke suatu tempat," kata juru bicara Gedung Putih John Kirby kepada di atas pesawat Air Force One pada Rabu (20/12/2023) lalu.

Presiden AS Joe Biden mengatakan "kami terus mendorong" kedua belah pihak mencapai kesepakatan. Sebelumnya negara-negara penengah termasuk Mesir dan Qatar bertemu secara terpisah dengan Israel, Hamas dan kelompok-kelompok lain, meskipun tidak ada rincian siapa yang mungkin terlibat dengan pihak Israel dalam pertemuan Kamis.

Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen mengkonfirmasi negosiasi mengenai pembebasan sandera sedang berlangsung, namun ia menolak untuk memberikan rinciannya.

Taher Al-Nono, penasihat media Haniyeh, mengatakan  "Kamu tidak bisa berbicara tentang negosiasi sementara Israel melanjutkan agresinya." Lintar Satria 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler