Akibat Agresi Israel ke Gaza, Eksportir Pusing Cari Rute Kirim Barang

Rantai pasokan barang di seluruh dunia jadi kacau setelah ada serangan di Laut Merah.

Republika/Putra M. Akbar
Warga menginjak spanduk bergambarkan Bendera Israel saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad (12/11/2023) (ilustrasi).
Rep: Iit Septyaningsih Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para eksportir berupaya mencari rute alternatif melalui udara, darat, dan laut untuk mengirimkan mainan, pakaian jadi, teh, dan suku cadang mobil ke pengecer. Itu karena, adanya kekacauan yang melanda rantai pasokan barang di seluruh dunia selama gelombang serangan di Laut Merah.

Baca Juga


Militan Houthi yang didukung Iran di Yaman telah meningkatkan serangan terhadap beberapa kapal di Laut Merah sejak 19 November. Tujuannya guna menunjukkan dukungan kepada Hamas selama serangan militer Israel di Gaza.

Serangan tersebut dinilai telah mengganggu jalur perdagangan utama yang menghubungkan Eropa dan Amerika Utara dengan Asia melalui Terusan Suez. Biaya pengiriman peti kemas pun menjadi melonjak, bahkan dalam beberapa kasus, lebih dari tiga kali lipat.

Itu karena, perusahaan berusaha memindahkan barang melalui rute laut lain yang lebih panjang. S&P Global mengatakan, jika terjadi gangguan berkepanjangan, sektor barang konsumen yang memasok pengecer terkemuka dunia seperti Walmart dan IKEA akan menghadapi dampak terbesar.

CEO OL USA Alan Baer memiliki tim yang menasihati klien pelayaran dan logistik agar bersiap menghadapi gangguan di Laut Merah, setidaknya selama 90 hari. "Tidak ada gunanya kalau ini akhir pekan Natal. Kami akan menjalani masa tenang mulai sekarang hingga 2 Januari dan kemudian semua orang akan heboh," ujarnya seperti dilansir Reuters, Jumat (22/12/2023).

Beberapa perusahaan yang bertindak cepat sudah mencoba beralih ke transportasi antarmoda yang dapat melibatkan dua atau lebih moda transportasi. Chief Operating Officer Angkutan Udara Hellman Worldwide Logistics yaitu Jan Kleine Lasthues mengatakan, perusahaannya telah melihat peningkatan permintaan untuk kombinasi rute udara dan laut bagi barang-barang konsumen seperti pakaian jadi serta barang-barang elektronik dan teknologi.

Itu berarti, barang diangkut terlebih dahulu melalui laut ke pelabuhan di Dubai. Kemudian barang tersebut dimuat ke pesawat yang dibutuhkan, guna mengantarkan barang ke rak menjadi dua kali lipat atau lebih banyak pengirim barang akan beralih ke jalur udara, terutama untuk barang bernilai tinggi seperti pakaian desainer dan barang elektronik kelas atas. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler