Pakistan Mulai Gunakan Hujan Buatan Atasi Polusi Udara
Pakistan menjadi salah satu kota di dunia dengan polusi udara terburuk.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk pertama kalinya, hujan buatan digunakan untuk memerangi kabut asap yang berbahaya di Pakistan. Pesawat yang dilengkapi peralatan penyemai awan, yang membantu pembentukan awan dan meningkatkan curah hujan, terbang di atas wilayah Lahore pada Sabtu.
Kota besar (megacity) di bagian timur Pakistan ini sering kali mendapat peringkat sebagai salah satu kota terburuk di dunia dalam hal polusi udara.
"Hujan gerimis turun di setidaknya 10 wilayah di Lahore," ujar caretaker Chief Minister of Punjab, Mohsin Naqvi, seperti dilansir Sky News, Sabtu (23/12/2023).
Naqvi mengatakan bahwa pihak berwenang sedang memantau dampak dari hujan buatan dalam radius 15 kilometer. Inovasi hujan buatan ini merupakan hibah dari Uni Emirat Arab. Menurut Naqvi, tim dari UEA bersama dengan dua pesawat tiba di Pakistan sekitar 10 hingga 12 hari yang lalu.
“Tim dari UEA menggunakan 48 suar untuk menciptakan hujan buatan,” kata Naqvi.
UEA semakin beralih ke penyemaian awan untuk menciptakan hujan di wilayah gersang di negara tersebut. Proses ini, yang juga dikenal sebagai hujan buatan atau blueskying, menggunakan perak iodida, yang memiliki struktur yang mirip dengan es, yang ditaburkan ke dalam awan untuk mendorong terjadinya kondensasi dan membentuk hujan.
Para ahli mengatakan bahwa hujan efektif dalam menurunkan polusi. Tingkat polutan PM2.5 tercatat menyentuh jumlah yang berbahaya di Lahore pada Sabtu, dengan lebih dari 66 kali lipat dari batas bahaya yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Masalah polusi udara Pakistan telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari asap diesel bermutu rendah, asap dari pembakaran tanaman musiman, dan suhu musim dingin yang lebih dingin.
“Ke depannya akan ada lebih banyak penggunaan hujan buatan di Lahore, serta pemasangan menara kabut asap, yang dirancang untuk menangkap polusi,” kata Naqvi.