Ayat-Ayat Alquran Landasan Fatwa MUI Sikapi Muslim yang Ikut Rayakan Natal  

Fatwa MUI tegaskan larangan Mulim ikut perayaan natal bersama

Antara/Andika Wahyu
Ilustrasi Natal. Fatwa MUI tegaskan larangan Mulim ikut perayaan natal bersama
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Keberagaman agama di Indonesia merupakan salah satu bentuk dari kebhinekaan, identitas utama bangsa Indonesia. Kebhinekaan sendiri menuntut kesadaran terhadap perbedaan, termasuk perbedaan dalam keyakinan, sehingga sebagai warga negara Indonesia harus saling menghormati keyakinan satu sama lain. 

Baca Juga


 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui laman MUIDigital pada Kamis (21/12/2023) menyampaikan bahwa dalam Islam, tidak ada larangan sama sekali untuk bergaul dan bermuamalah dengan umat agama lain. 

 

Bahkan umat Islam dianjurkan untuk saling menghormati, bekerja sama, dan menjaga hubungan baik dengan non-Muslim dalam masalah-masalah duniawi. 

 

Namun, bagaimana dengan masalah aqidah atau peribadatan? Misalnya mengikuti perayaan Natal bersama orang-orang Kristen. Apakah ikut perayaan Natal bersama umat Kristen diperbolehkan? 

 

Berhubungan dengan ini, MUI sudah sejak lama mengeluarkan fatwa tentang hukum Perayaan Natal Bersama yang ditetapkan di Jakarta pada 7 Maret 1981. 

 

Dalam fatwa tersebut, MUI menegaskan bahwa mengikuti upacara Natal bersama bagi umat Islam hukumnya haram. Hal ini semata-mata bertujuan agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT untuk ikut serta dalam ritual peribadatan agama lain, seperti halnya Natal. 

 

Setidaknya ada enam alasan berlandaskan ayat Alquran yang menjadi pijakan keharaman umat Islam mengikuti perayaan Natal bersama.  

 

Pertama, umat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan umat-umat agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan. Berdasarkan Alquran Surat Al-Hujurat Ayat 13, Surat Luqman Ayat 15 dan Surat Mumtahanah Ayat 8. 

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-Hujurat ayat 13) 

Baca juga: Alquran Abadikan Tingkah Laku Yahudi yang Bodoh tapi Berlagak Pintar

 

 

Kedua, umat Islam tidak boleh mencampuradukkan aqidah dan peribadatan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain. Berdasarkan Alquran Surat Al-Kafirun Ayat 1-6 dan Surat Al-Baqarah Ayat 42. 

 

وَلَا تَلْبِسُوا۟ ٱلْحَقَّ بِٱلْبَٰطِلِ وَتَكْتُمُوا۟ ٱلْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

 

Artinya: Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah Ayat 42)

Ketiga,...

 

 

Ketiga, umat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al-Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain. Berdasarkan Alquran Surat Maryam Ayat 30-32, Surat Al-Maidah Ayat 75, dan Surat Al-Baqarah Ayat 285.

مَّا ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ وَأُمُّهُۥ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ ٱلطَّعَامَ ۗ ٱنظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ ٱلْءَايَٰتِ ثُمَّ ٱنظُرْ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

Artinya: Al Masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa Rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS Al-Maidah Ayat 75)

Keempat, siapa yang berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa al-Masih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik. Berdasarkan Alquran Surat Al-Maidah Ayat 72-73 dan Surat At-Taubah Ayat 30.

وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ عُزَيْرٌ ٱبْنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ ٱللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَٰههِهِمْ ۖ يُضَٰهِـُٔونَ قَوْلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَبْلُ ۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَككُونَ

Artinya: Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? (QS At-Taubah Ayat 30)

Kelima, Allah SWT pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya, agar mereka mengakui Isa dan ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab, “Tidak.” Hal itu berdasarkan Alquran Surat Al-Maidah Ayat 116-118.

وَإِذْ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبْنَ مَرْيَمَ ءَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِى وَأُمِّىَ إِلَٰهَيْنِ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَٰنَكَ مَا يَكُونُ لِىٓ أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِى بِحَقٍّ ۚ إِن كُنتُ قُلْتُهُۥ فَقَدْ عَلِمْتَهُۥ ۚ تَعْلَمُ مَا فِى نَفْسِى وَلَآ أَعْلَمُ مَا فِى نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنتَ عَلَّٰمُ ٱلْغُيُوبِ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib." (QS Al-Maidah Ayat 116).

Keenam, Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu. Berdasarkan Alquran Surat Al-Ikhlas Ayat 1-4.

قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ Artinya: 1. Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. (QS Al-Ikhlas Ayat 1)

Maka dari itu, sebagai umat Islam harus bijak dalam membedakan mana perkara aqidah dan mana perkara muamalah, mana hal-hal yang menjadi prinsip agama dan mana hal-hal yang berhubungan dengan interaksi sosial.

Baca juga: Ketika Dilanda Kesulitan Hidup, Bacalah Dzikir Istimewa Rasulullah SAW Ini

Cara bertoleransi, menghargai, dan menghormati umat agama lain adalah dengan bergaul dan berinteraksi dengan baik dalam masalah-masalah keduniaan. Bersama membangun negeri, mencapai kemaslahatan dalam bermasyarakat, dan menjaga kerukunan antarumat beragama. 

Akan tetapi, dalam perkara aqidah dan ritual peribadatan, umat Islam tidak boleh mencampuradukkan agama Islam dengan agama lain. Juga tidak boleh ikut-ikutan ritual dan kegiatan peribadatan agama lain. Seperti dalam firman Allah SWT.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ Artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS Al-Kafirun Ayat 6) 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler