Israel Bantai Warga di Sekolah PBB di Gaza
Pembantaian dilakukan Israel di Sekolah Shadia Abu Ghazala yang dikelola PBB.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sekolah di Gaza tidak dipenuhi buku tapi jenazah, dinding-dinding yang berlubang dan keluarga-keluarga yang mengungsi mencari tempat aman dari serangan Israel. Saksi mata mengungkapkan pembantaian yang dilakukan tentara Israel di Sekolah Shadia Abu Ghazala yang dikelola PBB awal Desember lalu.
Jaringan media Aljazirah memperoleh video yang menunjukkan jenazah-jenazah ditumpuk di dalam sekolah itu pada 13 Desember lalu. Para penyintas dan anggota keluarga korban kembali mencari kerabat mereka mengungkapkan kengerian peristiwa tersebut.
Saksi mata mengatakan tentara Israel membunuh beberapa orang, termasuk perempuan dan anak-anak, dengan gaya eksekusi. Saat itu, para korban sedang mencari perlindungan di dalam sekolah. Ayah salah satu korban mengatakan, ia sedang tidur bersama istri dan enam anaknya ketika "tiba-tiba" tentara Israel menyerbu sekolah.
"Mereka masuk ke dalam ruang kelas tempat kami berada dan menembak langsung tanpa sepatah kata pun," katanya seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (26/12/2023).
"Mereka melarang saya berbicara, bertanya atau memberikan komentar pada apa pun, dan setiap saya mencoba berbicara, mereka membungkam saya," tambahnya.
Pria itu yakin ia diperintahkan meninggalkan sekolah tersebut karena "usia tuanya". "Mereka mengeluarkan sekitar 20 orang dari sekolah, melucuti pakaian mereka, dan menginterogasi mereka," katanya.
Rekaman video menunjukkan jejak darah dan sisa-sisa barang milik korban yang mereka pakai saat mereka dibunuh. Sementara terdapat peluru-peluru menembus dinding kelas di mana jenazah ditemukan. Saudara perempuan Saeed Jumaa termasuk korban tewas bersama suami dan anak-anaknya.
Jumaa mengatakan ia tidak bisa memeriksa kondisi keluarganya di dalam sekolah selama beberapa hari kemudian setelah tentara Israel pergi. "(Saya) terkejut menemukan semua orang sudah dieksekusi dengan cara yang brutal," katanya.
"Di dalam ruangan ada suami saudara perempuan saya dan disampingnya putra mereka, Maysara dan Ahmed, saudara perempuan saya berada di pojok memeluk anak-anak mereka yang lain," kata Jumaa.
Ia menambahkan tentara Israel membunuh keluarga itu dengan "menembak mereka dari jarak dekat." Jenazah mereka sudah "bengkak dan dipenuhi cacing." Menurut Jumaa tentara Israel "menulis sesuatu" dalam bahasa Ibrani di wajah keponakannya.
"Kami tidak tahu artinya, dan kami bergegas mengubur mereka beberapa hari setelah jenazah mereka membusuk," katanya.
Saksi mata lain yang menemukan jenazah di ruang-ruang kelas mengatakan tidak ada tanda-tanda serangan rudal atau peluru berat lain di dalam kelas. Mereka menambahkan tentara Israel menembak para korban "dari jarak dekat."
Totalnya tujuh jenazah ditemukan di dalam tiga ruang kelas yang berbeda. Empat jenazah berada di satu ruangan, dua di ruangan kedua dan satu di ruangan ketiga.
Sudah puluhan warga Palestina yang mengungsi ke sekolah-sekolah di Gaza tewas, termasuk setidaknya tiga sekolah di Jabalia.
Sedikitnya 50 orang tewas dalam serangan terhadap sekolah Al Fakhoura bulan lalu. Serangan udara terhadap Sekolah Abu Hussein beberapa hari kemudian menewaskan sedikitnya 30 orang.
Berdasarkan catatan PBB sejak invasi Israel ke Jalur Gaza sudah hampir 1,9 dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.
Sekolah-sekolah yang dikelola PBB menjadi tempat penampungan penuh sesak bagi ribuan warga Palestina yang mengungsi. Banyak yang percaya karena bangunan-bangan ini dikelola PBB maka mereka aman dari pemboman Israel yang tidak berhenti.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan sejak 7 Oktober lalu serangan Israel sudah menewaskan lebih dari 20 ribu orang di Gaza. Sebagian besar korban tewas adalah anak-anak dan perempuan.