Marak Tawaran Infus Whitening di Rumah, Dokter Ingatkan Efek Samping dan Risikonya

Infus whitening melibatkan aneka zat aktif yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah.

www.freepik.com
Kulit wajah cerah (ilustrasi). Infus whitening harus dilakukan di klinik yang memiliki reputasi baik dan pengawasan dokter ahli untuk mengantisipasi dan menangani reaksi efek samping obat.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli dermatologi berpengalaman, dr Eddy Karta, mengingatkan bahwa ada risiko yang terkait dengan penggunaan infus whitening di rumah dibandingkan dengan perawatan serupa di bawah pengawasan medis. Penawaran tersebut marak di media sosial belakanga ini.

Infus whitening melibatkan berbagai zat aktif yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah, seperti vitamin C, glutation, dan alpha lipoic acid. Dokter Eddy menekankan pentingnya pemahaman dan pengawasan medis dalam menggunakan obat-obatan berkualitas untuk memastikan keamanan dan efektivitas prosedur ini.

"Infus whitening harus dilakukan di klinik yang memiliki reputasi baik dan pengawasan dokter ahli untuk mengantisipasi dan menangani reaksi efek samping obat, mulai dari yang ringan hingga berat," kata alumnus The University of Melbourne itu kepada Republika.co.id, Jumat (22/12/2023).

Dokter Eddy mengatakan bahwa infus whitening yang dilakukan di rumah memiliki risiko yang sulit ditangani, terutama jika terjadi reaksi obat yang tidak diinginkan. Resiko tersebut termasuk kemungkinan reaksi seperti gatal-gatal, demam, pingsan, sesak napas, hingga penurunan tekanan darah. Tidak adanya alat pertolongan pertama yang memadai seperti yang ada di klinik atau rumah sakit membuat kondisi ini semakin berisiko.

"Efek jangka panjang dari infus whitening rumahan tergantung pada kualitas obat yang digunakan serta dosis yang sesuai," ujar dokter di C(E)K Kulit dan Kelamin Cikajang, Jakarta Selatan.

Baca Juga


Dokter Eddy juga menjelaskan kemungkinan efek samping atau komplikasi yang mungkin terjadi setelah menggunakan infus whitening, terutama yang dilakukan di luar lingkungan medis. Pekerjaan ini yang dilakukan di luar lingkungan medis berpotensi menimbulkan efek samping lokal, seperti reaksi kemerahan, nyeri, hingga phlebitis atau kerusakan pembuluh darah, serta infeksi kulit.

"Infus whitening yang tidak diawasi oleh tenaga kesehatan terlatih juga dapat menyebabkan gangguan pada organ seperti liver dan ginjal, reaksi alergi berat, serta gangguan sistemik lainnya," kata dr Eddy.

Beberapa bahan yang sering digunakan, seperti tranexamic acid, collagen, dan salmon DNA, sebenarnya memiliki manfaat untuk kulit. Namun, penggunaan yang tidak tepat, terutama melalui infus intravena, dapat membawa risiko pada kesehatan.

Begitu juga dengan infus chromosome penghambat gen SLC24A5, yang saat ini masih menjadi kontroversi. Dokter Eddy menegaskan bahwa belum ada penelitian yang memadai tentang manfaat dan keamanan dari injeksi ini pada manusia.

Dokter Eddy mengingatkan bahwa penggunaan infus whitening haruslah dipertimbangkan secara hati-hati. Sebaiknya, itu dilakukan di bawah pengawasan medis yang berpengalaman untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler