Pegadaian Catat Program Bank Sampah Kumpulkan Emas Setara Rp 5 Miliar

Provinsi dengan volume sampah terbanyak berasal dari Padang.

Antara/Yusuf Nugroho
Warga menunjukkan buku tabungan Bank sampah usai menabung di Bank Sampah Muria Berseri Desa Gondangmanis, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (5/4/2023). Program menabung sampah menjadi emas inovasi Bank Sampah Muria Berseri bekerjasama dengan PT Pegadaian yang beranggotakan lebih dari 300 nasabah itu selain untuk mengurangi masalah juga dapat membantu menjaga ketahanan perekonomian keluarga.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pegadaian mencatat program Bank Sampah The Gade Clean and Gold mampu mengumpulkan emas hingga mencapai 5 kilogram atau setara dengan Rp 5 miliar, dalam bentuk tabungan emas selama program tersebut berjalan sejak 2018.

“Volume 3.600 ton tahun ini saja (hingga November). Jadi yang memilah sampah jadi emas ini, sampah non-organik yang nanti akan dipilah, ditimbang, dan dinilai. Nilainya tadi itulah yang biasa dalam bentuk uang tapi dalam program ini diwujudkan dalam tabungan emas,” kata Direktur Jaringan Operasi dan Penjualan Pegadaian, Eka Febriansyah, saat dihubungi Antara di Jakarta, Rabu (27/12/2023).

Eka menjelaskan volume sampah yang dikumpulkan melalui bank sampah tersebut berasal dari 74 Bank Sampah binaan yang tersebar di seluruh Indonesia ditambah pada Oktober 2023 baru saja terpilih 124 bank sampah binaan baru pada program rekrutmen bank sampah The Gade Clean and Gold Movement. Provinsi dengan volume sampah terbanyak berasal dari Padang, Sumatra Barat dan sejumlah daerah lain seperti Yogyakarta, Jember, hingga Papua.

Program yang mengimplementasikan environmental, social, and corporate governance tersebut, lanjutnya, tidak hanya bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan yang sehat, namun juga bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sembari mengedukasi mengenai pentingnya berinvestasi.

“Kami Pegadaian juga memiliki tugas dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) salah satunya terkait literasi keuangan. Bagaimana supaya masyarakat luas tau  tentang seperti apa investasi yang aman dan investasi yang bisa dimanfaatkan. Salah satunya investasi dalam bentuk emas ini,” ucapnya.

Selain mendorong lebih banyak cabang Pegadaian untuk terlibat dalam program Bank Sampah, Eka menuturkan bahwa Pegadaian terbuka bagi berbagai lembaga, organisasi maupun pihak lainnya yang ingin menjadikan program Bank Sampah The Gade Clean and Gold sebagai upaya menjaga kebersihan lingkungan sembari menukarnya menjadi tabungan emas.

Pegadaian bahkan juga turut menyelenggarakan sejumlah perlombaan bagi bank sampah binaan agar mampu meningkatkan volume sampah dan mengajak lebih banyak lagi masyarakat yang terlibat. Ia menegaskan bahwa program Bank Sampah The Gade Clean and Gold telah terbukti mampu menguatkan ekonomi masyarakat.

“Cerita uniknya di Jambi ada nasabah bank sampah yang daftar haji karena hasil mengumpulkan sampah tadi dia ada uang muka dan daftar haji. Ini bisa menjadi inspirasi. Banyak juga yang berlanjut menjadi nasabah kita,” tuturnya.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai Bank Sampah The Gade Clean and Gold sebagai program penerapan ekonomi sirkular yang membawa dampak positif bagi lingkungan.

Nailul menuturkan permasalahan sampah merupakan permasalahan yang belum terselesaikan di Tanah Air. Melalui program Pegadaian yang berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah serta ditambah mendatangkan keuntungan bagi masyarakat, seharusnya bisa ditularkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya.

“Ini bisa jadi sumber pendapatan juga bagi masyarakat meski bukan untuk mendatangkan keuntungan tapi satu sisi memberikan pendapatan dan satu sisi menjaga lingkungan juga. Suatu program yang positif saya melihatnya,” katanya.

Agar program Bank Sampah Pegadaian bisa menyentuh lebih banyak kalangan, ia menyarankan Pegadaian untuk melibatkan lebih banyak cabangnya yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan bila perlu bisa menggandeng sesama BUMN lain seperti PT Pos Indonesia yang juga memiliki cabang hingga ke level desa.

“Selain itu, jenis sampahnya bisa diperluas ke anorganik karena di Indonesia sendiri belum ada pengelompokan sampah secara menyeluruh, hanya beberapa tempat saja. Sehingga volume sampah (yang terkumpul di bank sampah) bisa ditingkatkan secara signifikan,” ucap dia.

Baca Juga


sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler