Produk Organik Makin Dicari di Luar Negeri, Potensi Ekspor pada 2024

Swiss disebut menjadi negara potensial untuk pengembangan ekspor produk organik.

ANTARA/Mohamad Hamzah
Pekerja mengerjakan proses pengolahan tanaman kelor di PT Kelor Organik Indonesia (KOI) di Palu, Sulawesi Tengah, Ahad (13/2/2022). Pabrik sekaligus pusat pembelajaran pengolahan tanaman kelor pertama dan terbesar di Asia Tenggara tersebut memproduksi berbagai produk pangan, obat tradisional dan kosmetik berbahan tanaman kelor. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produk olahan kelor itu juga memenuhi permintaan dunia diantaranya wilayah Eropa dan Amerika.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) menyebut, ekspor produk-produk organik akan menjadi komoditas yang dicari di pasar luar negeri dalam beberapa tahun mendatang.

Asisten Deputi Kemitraan dan Perluasan Pasar Kemenkop UKM Fixy menyampaikan, masyarakat dunia mulai memiliki perhatian lebih terhadap isu keberlanjutan. Hal ini juga meliputi produk-produk organik, yang bisa didaur ulang hingga penggunaan material yang tidak merusak lingkungan.

"Sektor apa yang potensial di 2024, sektor organik. Ke depan isu sustainable, green economy, lingkungan akan menjadi isu yang sangat penting bagi dunia internasional," ujar Fixy dalam webinar Export Outlook 2024, di Jakarta, Rabu (27/12/2023).

Isu keberlanjutan, ekonomi hijau hingga sirkular ekonomi akan menjadi pembahasan yang paling banyak diperbincangkan dalam beberapa tahun ke depan.

Fixy menilai, para calon eksportir pun harus mulai peka terhadap permasalahan tersebut sehingga bisa menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan isu keberlanjutan.

"Jadi concern terhadap green economy, sirkular ekonomi harus ada di dalam kepala kita masing-masing, kalau tidak nanti tidak bisa ekspor lagi. Eropa itu 2024 sudah sirkular ekonomi," katanya pula.

Produk organik Indonesia disebut memiliki pangsa pasar yang baik di luar negeri meski belum terlalu signifikan. Swiss disebut menjadi negara potensial untuk pengembangan ekspor produk organik.

Berdasarkan lembaga riset pertanian Swiss (FiBL) pada 2020, konsumsi produk organik masyarakat Swiss berada di urutan kedua tertinggi di dunia dengan nilai sekitar 382,4 dolar AS per tahun per orang. Pertumbuhan konsumsi produk organik di Swiss mencapai hampir 20 persen dengan nilai 4,4 miliar dolar AS pada 2020.

Fixy mengatakan, data tersebut bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor di bidang produk organik untuk wilayah Eropa.

Namun demikian, yang harus diperhatikan adalah masalah standardisasi dan kualitas dari produk yang ingin diekspor. Menurut Fixy, apabila setiap produk dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sudah mampu memenuhi kriteria, maka akan lebih mudah untuk melakukan ekspor.

"Yang penting sebenarnya bukan kita sudah bisa ekspor tapi kita bisa sustainable enggak dengan ekspor kita. Maka banyak yang harus dibenahi sebelum masuk pasar ekspor seperti sistem managemen pembiayaan dan produksi," ujar Fixy.

Baca Juga


sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler