Sejarah Panjang Pembunuhan Israel Terhadap Para Pemimpin Hamas

Israel telah banyak membunuh para pemimpin senior Hamas.

republika
Operasi agen rahasia Mossad
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel memiliki sejarah panjang pembunuhan yang ditargetkan terhadap para pemimpin Hamas. Sebelum membunuh Saleh al-Arouri di Beirut pada 2 Januari 2024 lalu, Israel telah banyak membunuh para pemimpin senior Hamas.

Pada Selasa (2/1/2024), Saleh Al Arouri Wakil ketua Biro Politik Hamas dan anggota pendiri sayap militernya, Brigade Izz Ad Din Al Qassam, dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak di pinggiran kota di Beirut.

Israel belum mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah akan membunuh para pemimpin Hamas di seluruh dunia, setelah serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

Dilansir dari The New Arab, berikut ini catatan sejarah pembunuhan dan percobaan pembunuhan Israel yang menargetkan pemimpin Hamas.

Emad Akel

Lahir di kamp pengungsi Jabalia Gaza, Akel bergabung dengan Hamas di masa remajanya dan mendapatkan julukan "The Ghost" karena kemampuannya menggunakan penyamaran untuk meluncurkan penyergapan pada pasukan Israel.

Militan muda itu dijadikan komandan Brigade Qassam, di mana ia menjabat sebagai mentor komandan saat ini Mohamed Deif. Dia juga ditempatkan di bagian atas Daftar Paling Dicari Israel.

Saat berusia 22 tahun, Akel ditemukan oleh intelijen Israel melalui informan dan ditembak mati oleh pasukan khusus Israel di luar rumahnya di Shuja'iyya pada 1993.

Baca Juga


Selanjutnya...

Yahya Ayyash

Dijuluki "The Engineer", Ayyash adalah kepala pembuat bom dan komandan batalion Tepi Barat dari Brigade Al Qassam. Lulusan teknik elektro dari Universitas Birzeit, Ayyash bertanggung jawab atas bahan peledak perintis yang digunakan dalam pengeboman bunuh diri terhadap pasukan Israel.

Dia dibunuh pada usia 29 tahun dalam plot yang rumit oleh Shin Bet, di mana mereka menempatkan alat peledak di ponselnya dan diledakkan dari jarak jauh setelah dia menerima telepon dari ayahnya.

Khaled Meshaal

Meshaal, mantan guru fisika, adalah anggota pendiri Politbiro Hamas dan menjadi Ketua keduanya pada 1996. Pada 1997, atas perintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Mossad ditugaskan untuk membunuh Meshaal.

Saat dia masuk ke kantornya suatu hari, dia didekati oleh agen Mossad dari belakang. Agen menempatkan perangkat yang tidak dikenal ke telinga kirinya yang mengirimkan racun yang bekerja cepat.

Para agen ditangkap oleh keamanan Meshaal dan dia yakin dia telah selamat dari percobaan pembunuhan. Dia menggambarkan pengalaman itu sebagai ledakan keras di telinga kirinya diikuti oleh sensasi jenis sengatan listrik. Namun, beberapa jam kemudian, pemimpin Hamas tersebut menjalani kehidupan dalam koma.

Raja Hussein dari Yordania mengancam akan membatalkan perjanjian damai Yordania dan Israel jika Netanyahu tidak memberikan penawar racun yang membunuh Meshaal. Netanyahu menolak dan hanya mengalah ketika presiden AS Bill Clinton secara pribadi mengimbau PM Israel untuk menyerahkan penawarnya serta menjamin pembebasan agen Mossad yang ditangkap.

Netanyahu akhirnya mengalah dan seorang agen Mossad mengirimkan penawarnya ke rumah sakit di Yordania tempat Meshaal terbaring sekarat. Dia selamat dan terus menjalani kehidupan yang sehat di Doha.

Selanjutnya...

Salah Shehadeh

Lahir di kamp pengungsi Shati di Gaza pada 1953, Shehadeh adalah pemimpin Brigade Qassam selama Intifada Kedua. Ia mendalangi serangan terhadap pasukan Israel, Shehadeh bertanggung jawab untuk mengawasi pembangunan roket Qassam dan penyelundupan di gudang senjata besar Hamas.

Setelah menggunakan intelijen untuk menemukannya, Angkatan Udara Israel menjatuhkan bom satu ton di rumahnya di lingkungan Al Daraj di Kota Gaza. Shehadeh (49) terbunuh bersama dengan seluruh keluarganya, termasuk tujuh anak tetangganya meninggal dunia dalam serangan itu.

Ahmed Yassin

Sheikh Ahmed Yassin adalah pendiri gerakan Hamas dan tokoh paling berpengaruh dalam sejarahnya. Yassin lahir pada tahun 1936. Pada usia 10 tahun, seluruh desanya di luar Ashkelon dibersihkan secara etnis oleh tentara Israel selama Nakba. Keluarganya melarikan diri ke Gaza sebagai pengungsi.

Setelah lumpuh, Yassin (67 tahun) dibunuh oleh rudal Hellfire yang ditembakkan oleh helikopter Apache Israel saat dia didorong keluar dari sholat pagi di Kota Gaza pada 2004.

Adnan Al Ghoul

Dikenal sebagai "Bapak Qassam" atas pekerjaannya dalam membangun sistem pengiriman roket Hamas yang luas, bekerja sebagai asisten Yahya Ayyash. Al Ghoul juga merupakan pelopor penggunaan alat peledak improvisasi (IED) terhadap pasukan Israel di Gaza.

Dia dibunuh pada 2004, saat berusia 41-42, ketika sebuah pesawat Israel melacaknya dan kemudian menargetkan mobilnya dengan dua rudal.

Mahmoud Al Mabhouh

Mabhouh adalah Chief Logistics Officer untuk Hamas dan secara luas dipandang sebagai orang yang bertanggung jawab untuk pengadaan sebagian besar persenjataan dan peralatan kelompok tersebut.

Pada 2010, Mabhouh dibunuh di kamar hotelnya di Dubai setelah dilacak secara cermat oleh 11 agen Mossad menggunakan paspor asing. Kematiannya awalnya membingungkan polisi karena pintunya dikunci dari dalam. Kemudian, ditemukan dia telah diberi pelemas otot yang kuat oleh para pembunuh, tersengat listrik, dan kemudian tercekik oleh bantal.

Pembunuhan itu menyebabkan insiden diplomatik besar karena penggunaan paspor Inggris dan Eropa oleh agen Mossad Israel. Ini menyebabkan beberapa negara Eropa meluncurkan penyelidikan terhadap kegiatan Mossad dan bahkan penangkapan salah satu tersangka di Polandia atas perintah Jerman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler