BMKG: Magnitudo Gempa Sumedang Cenderung Melemah
Frekuensi kejadian gempa di Sumedang juga semakin jarang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan magnitudo gempa bumi di Sumedang, Jawa Barat, cenderung melemah. Kesimpulan itu didapat dari hasil pemantauan selama periode 31 Desember 2023 sampai dengan 4 Januari 2024.
"Hasil monitoring aktivitas gempa Sumedang oleh BMKG selama periode 31 Desember 2023 sampai dengan 4 Januari 2024 tampak ada kecenderungan magnitudonya semakin melemah," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, Kamis (4/1/2023).
Daryono menyampaikan berdasarkan grafik magnitudo rangkaian gempa bumi Sumedang pada periode 31 Desember 2023 sampai dengan 4 Januari 2024 tercatat magnitudo terbesar, yakni 4,7 dan magnitudo terkecil 2,4. Ia menyebut tren frekuensi gempa Sumedang juga menunjukkan kecenderungan frekuensi kejadian gempa yang semakin jarang.
Daryono memaparkan secara makroseismik hasil monitoring BMKG terhadap gempa Sumedang mencapai skala intensitas V-VI Modified Mercally Intensity (MMI). Artinya, gempa dirasakan semua orang, barang-barang terpelanting, perabotan tampak bergoyang, plester dinding lepas, dinding tembok retak.
Menurut Daryono, saat ini tim BMKG sedang turun ke lapangan untuk melakukan analisis site class, identifikasi sesar pembangkit gempa dengan metode seismik (microseismic), Magnetotelluric (MT), identifikasi kelurusan struktur (lineament) menggunakan drone lidar, dan lain-lain untuk memetakan sebaran, kondisi tanah, dan kondisi dampak kerusakan.
Di samping itu, lanjut Daryono, kedatangan BMKG ke Sumedang juga untuk menenangkan warga dengan literasi atau edukasi kegempaan serta langkah-langkah (upaya) yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa terjadi. Ia mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan waspada. Warga juga diimbau untuk tidak menempati bangunan yang sudah rusak.
Daryono menyebut masyarakat juga perlu waspada dengan kawasan perbukitan dengan tebing curam. Sebab, gempa susulan yang signifikan dapat memicu longsor (land slide) dan runtuhan batu (rock fall).
"Apalagi pasca hujan ketidakstabilan lereng mudah terjadi, sehingga dapat memicu longsor," katanya.