Badan Geologi Temukan Sesar Baru Penyebab Gempa Bumi di Sumedang
Ada patahan tua dan patahan muda yang terjadi akibat gempa bumi di Sumedang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan temuan terbaru segmen Sesar Cipeles yang menjadi penyebab gempa bumi di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penyelidik Bumi Ahli Muda dari Pusat Survei Geologi Joko Wahyudino mengatakan Sesar Cipeles muncul di permukaan, memotong lapisan tanah, dan merobohkan beberapa rumah.
"Segmen Sesar Cipeles adalah sebuah sesar aktif yang kami temukan di lapangan," kata Joko dalam konferensi pers yang dipantau di Jakarta, Jumat (5/1/2024).
Pada 31 Desember 2023, Kabupaten Sumedang diguncang gempa beruntun sebanyak tiga kali dengan magnitudo 4,1, kemudian magnitudo 3,4, dan magnitudo 4,8. Sehari berselang tepatnya pada 1 Januari 2024, gempa kembali mengguncang wilayah tersebut dengan magnitudo 4,5.
Gempa bumi beruntun selama dua hari tersebut menyebabkan sekitar 400 rumah rusak dan sekitar 500 orang mengungsi ke tempat aman. Patahan Cipeles berlokasi di Sungai Cipeles dengan arah segmen patahan barat daya-timur laut relatif ke arah utara. Segmen patahan Cipeles berada di ujung timur laut Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Pemotretan udara dan pengukuran lapangan telah dilakukan untuk mengidentifikasi struktur geologi akibat gempa pada bedrock dan batuan permukaan. Badan Geologi mengungkapkan kerusakan paling parah terjadi di Kampung Babakan Hurip. Lokasi perkampungan itu dekat dengan Sungai Cipeles.
Para penyelidik kebumian yang melakukan observasi lapangan berhasil menemukan beberapa bukti patahan, baik itu patahan tua dan patahan muda yang terjadi akibat gempa bumi. Penyelidik Bumi Ahli Muda Pusat Riset Geologi Sukahar Eka Adi Saputra mengatakan pihaknya menginterpretasikan segmen patahan itu kembali aktif atau reaktivasi.
Berdasarkan peta geologi, secara umum batuan di pusat gempa bumi merupakan produk gunung api tua maupun muda. Patahan Cipeles memotong batuan kuarter yang mengindikasikan itu sebagai sesar aktif.
"Di timur laut ada batuan tua yang umumnya batu lempung. Kami menemukan bukti bahwa sesar itu mengiri, sepanjang retakan ada beberapa rumah rusak," papar Eka.
Badan Geologi mengimbau untuk meningkatkan upaya mitigasi dan penataan ruang di kawasan rawan bencana gempa bumi. Kemudian, perlu disusun regulasi tingkat daerah tentang mitigasi gempa bumi.
Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di kawasan rawan bencana gempa bumi diserukan mengenali sumber gempa dan mengenali bahaya. Selain itu, masyarakat dianjurkan menyiapkan tempat dan pelatihan, menyiapkan evakuasi mandiri, dan mengikuti pengetahuan berkaitan dengan mitigasi bencana geologi.