Ganjar Pranowo Sebut Rudal Hipersonik di Debat Capres, Seperti Apa Bentuknya?

Negara seperti Rusia, Cina, dan AS tengah mengembangkan rudal hipersonik.

EPA-EFE/KCNA
Rudal hipersonik Hwasong-8 milik Korea Utara. Ini penjelasan tentang rudal hipersonik.
Rep: Shelbi Asrianti  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam gelaran debat calon presiden (capres) 2024, Ahad (7/1/2024), capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo menyebutkan istilah rudal hieprsonik. Menurut Ganjar, sistem pertahanan Indonesia perlu dilengkapi rudal hipersonik dan beberapa perangkat lain.

Baca Juga


"Sistem pertahanan rakyat semesta musti kita dorong, kita lapisi dengan pertahanan yang betul-betul berlapis. Pertahanan kita harus masuk wilayah 5.0 dengan teknologi sakti, dengan rudal hipersonik, senjata siber, sensor kuantum, dan sistem senjata otonom," kata Ganjar.

Menurut Ganjar, semua itu bisa diwujudkan aapbila anggaran Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dinaikkan menjadi sebesar satu sampai dua persen dari produk domestik bruto (PDB). Sebenarnya, apa yang dimaksud rudal hipersonik dan seberapa penting alat itu untuk sistem pertahanan sebuah negara?

Profesor ilmu teknik dirgantara dari University of Colorado Boulder, Amerika Serikat, Iain Boyd, menjelaskan cara kerja rudal hipersonik. Ada beberapa jenis serta tingkatan rudal hipersonik, sehingga efek yang bisa ditimbulkannya pun bervariasi.

Dikutip dari laman The Conversation, Senin (8/1/2024), Boyd menjelaskan bahwa sesuatu dideskripsikan sebagai "hipersonik" jika bisa terbang jauh lebih cepat daripada kecepatan suara. Artinya, 1.225 kilometer per jam di permukaan laut dan 1.067 kilometer per jam pada ketinggian 10.668 meter. 

Sebagai perbandingan, jet penumpang melaju dengan kecepatan kurang dari 966 kilometer per jam, sedangkan sistem hipersonik beroperasi pada kecepatan 5.633 kilometer per jam. Boyd mengatakan, sistem hipersonik telah digunakan selama beberapa dekade.  

Dia mencontohkan, ketika John Glenn kembali ke Bumi pada 1962 dari penerbangan berawak AS yang pertama mengelilingi Bumi, kapsulnya memasuki atmosfer dengan kecepatan hipersonik. Semua rudal balistik antarbenua di gudang senjata nuklir dunia bersifat hipersonik, mencapai kecepatan maksimum 24.140 kilometer per jam atau 6,4 kilometer per detik.

"Sistem hipersonik menimbulkan tantangan penting karena kemampuan manuvernya di sepanjang lintasannya. Karena jalur penerbangannya dapat berubah seiring perjalanannya, rudal-rudal ini harus dilacak sepanjang penerbangannya," ujar Boyd.

Tantangan lain yakni rudal atau peluru....

 

 

 

 

Tantangan lain yakni rudal atau peluru kendali hipersonik beroperasi di wilayah atmosfer yang berbeda dari ancaman lain yang ada. Senjata hipersonik baru ini terbang jauh lebih tinggi dibanding rudal subsonik yang lebih lambat, namun jauh lebih rendah dibandingkan rudal balistik antarbenua (ICBM).

Pada 18 Maret 2022, Rusia mengklaim telah menggunakan rudal hipersonik terhadap gudang senjata di Ukraina bagian barat. Hal itu mungkin terdengar menakutkan, namun Boyd menyoroti bahwa teknologi rudal hipersonik yang digunakan Rusia tidak terlalu canggih.  

Ada rudal hipersonik generasi berikutnya yang sedang dikembangkan oleh Rusia, Cina, dan AS, yang memang menimbulkan ancaman signifikan terhadap keamanan global. Secara umum, ada tiga jenis rudal hipersonik, yakni aero-balistik, kendaraan luncur, dan rudal jelajah.  

Sistem balistik aero hipersonik dijatuhkan dari pesawat terbang, dipercepat hingga kecepatan hipersonik menggunakan roket dan kemudian mengikuti lintasan balistik. Sistem yang digunakan pasukan Rusia untuk menyerang Ukraina adalah rudal aero-balistik. Teknologi ini sudah ada sejak 1980-an.

Sementara, kendaraan luncur hipersonik didorong dengan roket ke ketinggian dan kemudian meluncur ke sasarannya, bermanuver di sepanjang jalan.  Contoh kendaraan luncur hipersonik termasuk Dongfeng-17 Tiongkok, Avangard Rusia, dan sistem Conventional Prompt Strike milik Angkatan Laut AS.  

Selanjutnya, ada rudal jelajah hipersonik yang didorong oleh roket hingga mencapai kecepatan hipersonik, kemudian menggunakan mesin scramjet untuk mempertahankan kecepatan tersebut. Rudal jelajah hipersonik sedang dikembangkan oleh Cina dan AS.

Boyd yang menjabat sebagai direktur di Center for National Security Initiatives mengatakan bahwa AS mengembangkan pendekatan berlapis untuk mempertahankan diri dari senjata hipersonik. Hal itu mencakup konstelasi sensor di luar angkasa.

Rudal hipersonik dengan hulu ledak konvensional non-nuklir terutama berguna untuk melawan target bernilai tinggi, seperti kapal induk. Jika mampu mencapai target tersebut, dapat mempunyai dampak yang signifikan terhadap hasil konflik besar.

 

"Namun, rudal hipersonik mahal sehingga tidak mungkin diproduksi dalam jumlah besar. Seperti yang terlihat dalam penggunaan senjata hipersonik oleh Rusia baru-baru ini, senjata hipersonik pun belum tentu merupakan solusi ampuh untuk mengakhiri konflik," ungkap Boyd.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler