Badan Pangan Pastikan Ketersediaan Beras Aman Hingga Lebaran Meski Tanam Padi Mundur

Ketersediaan pasokan beras saat ini setidaknya aman hingga lebaran mendatang.

Republika/Putra M. Akbar
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) memastikan ketersediaan beras nasional aman meskipun musim tanam padi mundur. (ilustrasi)
Rep: Fauziah Mursid Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) memastikan ketersediaan beras nasional aman meskipun musim tanam padi mundur. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa mengatakan, ketersediaan pasokan beras saat ini setidaknya aman hingga lebaran mendatang.

Baca Juga


Berdasarkan data carry over stok beras tahun 2023 ke 2024 sebanyak 4 jutaan ton. "Ditambah Januari masih ada kekuatan produksi dan Bulog juga mengimpor 2 juta, diharapkan tetap aman sebelum panen raya masuk untuk jaga ketersediaan beras Januari, Februari Maret sampai lebaran" ujar Ketut saat dihubungi Republika, Selasa (9/1/2023). 

Ketut mengakui produksi beras pada Januari mengalami penurunann karena mundurnya penanaman padi. Namun demikian, Februari sudah mulai proses dan Maret diproyeksikan ada produksi.

"Memang kondisi real di beberapa wilayah ada yang belum tanam karena belum ada hujan, sehingga panen juga belum bisa dilakukan. Tetapi di wilayah pertanian yang irigasinya baik sudah ada yang menanam dan sesuai jadwal," ujarnya.

Untuk itu, dia menilai mundurnya tanam padi tidak menganggu persediaan beras karena masih ada produksi beras di beberapa titik

"Kita berharap begitu, kami juga koordinasi ke Kementan dan daerah untuk melakukan mitigasi penanaman padi karena di bebebapa wilayah memang dipredikasi sedikit agak turun, akan tetapi adanya cary over stok dan impor beras mulai masuk diharapkan menjaga ketersediana pangan beras hadapi ramadhan hingga lebaran," ujarnya.

Hujan yang belum merata dan krisis air irigasi menghambat aktivitas tanam padi di sebagian besar sentra produksi padi. Koordinator Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah mengatakan, banyak persemaian padi yang gagal akibat hujan yang belum merata dan di beberapa wilayah belum diguyur hujan. 

"Ketika di November di beberapa wilayah ada hujan,  petani sempat menyemai benih. Karena air tidak ada dan hujan juga berhenti, banyak persemaian petani yang gagal. Dari situasi itu pada sebagian besar petani, terutama di wilayah yang tadah hujan atau pengairannya terbatas menahan diri untuk melakukan persemaian," ujar Said kepada Republika, Senin (8/1/2024).

Said mengatakan, di wilayah garis Pantura Jawa secara umum sebagian besar petani masih menahan untuk melakukan olah lahan. Hal ini karena belum ada kepastian soal ketersediaan air terutama musim hujan yang mundur. Namun demikian, pantauan KRKP, di beberapa wilayah sentra produksi padi seperti di Subang dan Indramayu mulai melakukan persemaian benih dan pengolahan lahan.

"Pada wilayah yang sudah ada air memang sudah mulai ada yang menyemai dan olah lahan. Namun ini belum semuanya. Para petani cenderung berhati hati karena kegagalan semai di bulan sebelumnya dan juga kegagalan pada musim ke dua dan ketiga," ujarnya.

Mengacu pada jadwal normal, aktivitas tanam biasanya sudah mulai dilakukan pada Novemver-Desember, tetapi akibat perubahan cuaca dampak dari El Nino membuat sebagian besar petani mundur dalam menanam padi yakni pada Januari.

"Pada kondisi normal bulan Januari umumnya pertanaman padi sudah ada yang berusia 1-2 bulan. Karena biasanya petani mulai menanam di awal atau akhir November," ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler