Masa Depan Rakyat Palestina di Gaza Bergantung pada Putusan ICJ di Den Haag Belanda

Afrika Selatan meminta ICJ menindak Israel agar menyetop agresinya di Gaza.

EPA-EFE/REMKO DE WAAL
Ronald Lamola (tengah), Menteri Kehakiman Afrika Selatan, dan Vusimuzi Madonsela (kanan), Duta Besar Afrika Selatan untuk Belanda di Mahkamah Internasional (ICJ) sebelum sidang kasus genosida Israel.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Anadolu, Al Arabiya

Baca Juga


Dengar pendapat ihwal kasus genosida yang dilakukan Israel di Gaza akhirnya dimulai pada Kamis (11/1/2024) di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda. Afrika Selatan meminta Mahkamah Internasional menerapkan tindakan sementara terhadap Israel untuk menghentikan serangannya terhadap Gaza.

Dalam persidangan kasus genosida oleh Israel yang digelar di Den Haag, Belanda, delegasi Afrika Selatan mengatakan: "Masa depan warga Palestina yang masih ada di Gaza bergantung pada putusan yang diambil pengadilan mengenai masalah ini."

Delegasi Afsel menggarisbawahi bahwa pembunuhan massal warga Palestina di Gaza merupakan "pola perilaku Israel yang telah diperhitungkan dan mengindikasi adanya niat genosida."

Adila Hassim, salah satu pengacara delegasi, menekankan pada sidang itu bahwa kasus genosida ini, "menggarisbawahi esensi bersama kemanusiaan kita sebagaimana disebut pada pembukaan Konvensi Genosida."

Hassim menekankan pula bahwa genosida "tidak pernah diumumkan sebelumnya". "Namun, pengadilan ini mendapat manfaat dari bukti-bukti selama 13 pekan terakhir yang menunjukkan secara nyata suatu pola perilaku dan niat terkait yang membenarkan klaim akan adanya kemungkinan tindakan genosida," lanjutnya.

Delegasi tersebut juga meminta ICJ untuk tidak ragu menerapkan tindakan sementara, sebagaimana mereka "tidak ragu" dalam kasus genosida terhadap Muslim Rohingya di Myanmar, seraya menegaskan bahwa situasi di Gaza patut diintervensi pengadilan.

Pada hari pertama sidang, Afrika Selatan menyajikan bukti kuat dalam kasus yang diajukan pada 9 Desember, dengan menuduh Israel melakukan genosida dan pelanggaran terhadap Konvensi Genosida PBB dalam tindakannya di Jalur Gaza sejak 7 Oktober. Pihak Afrika Selatan meminta perintah pengadilan tinggi PBB untuk menghentikan serangan militer Israel di Gaza, yang telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan, dengan jumlah korban tewas meningkat menjadi lebih dari 23.300 orang.

Pengajuan gugatan setebal 84 halaman oleh Afrika Selatan itu menuduh Israel telah melakukan tindakan dan kelalaian "yang bersifat genosida, karena tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan khusus...untuk menghancurkan warga Palestina di Gaza sebagai bagian dari kelompok nasional, ras, dan etnis Palestina yang lebih luas."

Gugatan itu juga mengemukakan bahwa tindakan genosida yang dilakukan Israel mencakup pembunuhan terhadap warga Palestina, serta menyebabkan mereka menderita luka fisik dan mental yang serius, dan melakukan pengusiran massal dari rumah-rumah dan lokasi pengungsian. Selain itu, Israel juga menerapkan tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran warga Palestina, serta merampas akses terhadap makanan, air, tempat berlindung, sanitasi dan pendampingan medis yang memadai.

Delegasi Afrika Selatan dipimpin oleh Menteri Kehakiman Afrika Selatan Ronald Lamola dan akan didampingi oleh tokoh politik senior dari partai dan gerakan politik progresif di seluruh dunia. Sidang pada Kamis berlangsung selama tiga jam dan akan dilanjutkan dengan argumen pembelaan Israel pada hari berikutnya.

BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

Sehari sebelum sidang di ICJ, puluhan warga Palestina berkumpul di depan patung presiden pertama Afrika Selatan (Afsel), Nelson Mandela, di Tepi Barat. Mereka menyuarakan ucapan terima kasih kepada Afsel karena telah membawa kasus dugaan genosida Israel di Jalur Gaza ke Mahkamah Internasional.

Dalam aksinya, puluhan warga Palestina itu mengusung poster bertuliskan “Hentikan genosida” dan “Terima kasih Afsel”. Wali Kota Ramallah Issa Kassis turut berpartisipasi dalam aksi tersebut dan menyampaikan pidato di hadapan massa.

“Sangat penting untuk menunjukkan penghargaan kepada orang-orang yang memahami penderitaan kami. Kami merasa Afsel mendengarkan hati kami,” ujar Issa setelah menyampaikan pidato, dikutip laman Al Arabiya.

Kongres Nasional Afrika yang berkuasa di Afsel telah lama mendukung perjuangan Palestina. Mereka seringkali mengaitkan hal itu dengan perjuangannya melawan pemerintahan apartheid, yang memiliki hubungan kerja sama dengan Israel.

Nelson Mandela adalah aktivis anti-apartheid yang terpilih sebagai presiden pertama Afsel. Dia pernah berujar bahwa keberhasilan negaranya terbebas dari rezim apartheid “tidak akan lengkap tanpa kebebasan rakyat Palestina”.

 

Perwakilan Afsel untuk Palestina, Mvuyo Mhangwane, mengatakan warga negaranya tidak melupakan kata-kata Mandela. “Pesannya adalah untuk mengingatkan mereka (warga Palestina) bahwa kami adalah sahabat Palestina selamanya, baik atau buruk, dan untuk mengatakan bahwa Palestina tidak sendirian,” kata Mhangwane.

 



Pada Rabu (10/1/2024), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan kepada para pejabat Israel dalam kunjungannya ke Israel bahwa tujuan Tel Aviv untuk sepenuhnya melenyapkan Hamas tidak mungkin tercapai. Dalam pertemuan dengan Kabinet Keamanan Israel, Blinken menyampaikan permintaan AS untuk menerapkan solusi dua negara sebagai tujuan pascaperang Gaza, demikian dilaporkan Channel 13 Israel.

Seperti halnya Israel yang mempunyai aspirasi, Palestina juga mempunyai aspirasi, dan Israel harus menerimanya, kata Blinken kepada para menteri kabinet, menurut laporan tersebut. Para pejabat senior Israel mengatakan kepada media tersebut bahwa pesan Blinken adalah “jika solusi dua negara tidak dipertimbangkan sebagai sebuah tujuan, Israel tidak akan maju secara politik, bahkan dalam upaya normalisasi dengan Arab Saudi.”

Sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel telah berulang kali mengatakan bahwa mereka bertekad untuk memusnahkan Hamas. Serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 23.000 warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, dan melukai sekitar 60.000 orang lainnya.

 

Blinken tiba di Israel pada Senin (8/1/2024), yang merupakan kunjungan keempat dia sejak perang Gaza pecah Oktober lalu. Lawatan tersebut adalah bagian dari tur kawasan yang telah dimulai pekan lalu di Turki. Dia juga berkunjung ke Tepi Barat di Palestina, Arab Saudi, Yordania, Qatar, dan Uni Emirat Arab.

Tiga Bulan Genosida di Gaza - (Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler