Tayangan Kartun Upin Ipin Ternyata Mempengaruhi Psikologis Anak

Tayangan kartun Upin Ipin ini sangat menarik untuk di analisis karna memiliki dampak yang cukup signifikan pada pertumbuhan, perkembangan dan psikologis anak.

retizen /Asri Pratiwi Tenggara
.
Rep: Asri Pratiwi Tenggara Red: Retizen

Tayangan kartun "Upin & Ipin" merupakan satu dari sedikit program anak anak yang telah meraih popularitas secara global, tayangan kartun Upin & Ipin ini banyak digemari terkhusus kalangan anak anak dan bahkan tidak sedikit para remaja dan orang dewasa yang menyukai dan masi menonton tayangan Upin & Ipin. Selain karna visual dan audio visual yang menarik serial animasi Upin & Ipin ini memiliki alur cerita yang dikemas secara realistis dengan keadaan sehari hari. Upin & Ipin berfokus pada petualangan sepasang saudara kembar dan persahabatana mereka.


Di dalam animasi Upin & Ipin ini juga mengandung pesan moral yang cukup kuat, maka dari itu tak heran jika banyak anak anak yang menyukai tayangan Upin & Ipin ini dan para orang tuapun tak mempermasalahkan anak mereka untuk menonton serial Upin & Ipin karna mereka menganggap serial Upin & Ipin memiliki dampak positif terhadap psikologis anak. Tapi apakah pada kenyataannya seperti itu? Mari kita simak dalam perspektif psikologi komunikasi massa.

Serial Upin & Ipin ini diproduksi oleh Les' Copaque Production, Malaysia, dan telah menjadi salah satu animasi paling disukai di kalangan anak anak di berbagai belahan dunia. Kisahnya berkisar pada Upin, Ipin, dan petualangan mereka bersama teman teman di desa tempat mereka tinggal yakni kampung durian runtuh. Tayangan Upin & Ipin ini menjadi hiburan visual yang unik dan menarik untuk anak anak, banyak diantara mereka yang sering menikuti gaya bicara khas Upin & Ipin seperti “Betul Betul Betul” “Atok ooo atok” “Dua singgit dua singgit” “saya suka saya suka” “eumm sedap” dan masi banyak lagi. Serial Upin & Ipin ini memiliki nilai moral yang bisa menjadi pembelajaran untuk anak.

Karna pada hari ini faktanya banyak film atau totontonan yang dirasa tidak cocok untuk dijadikan tontonan anak, kebanyakan dari film yang ditayangkan hanya dikemas agar menarik dan mencuri perhatian anak tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi kepada anak seperti munculnya adegan kekerasan yang bisa ditiru oleh anak dan menyebabkan ia bertengkar dengan temannya. Atau agedan dewasa yang menjadikan anak menjadi dewasa sebelum waktunya. Maka dari itu serial Upin & Ipin ini di harapkan dapat menjadi pelopor untuk terciptanya serial kartun untuk anak yang dapat berdampak positif untuk anak anak. Tentunya pemerintah harus memantau akan tayangan tayangan yang disiarkan melalui KPI.

Penting untuk menggali dampak tayangan seperti "Upin & Ipin" terhadap psikologis anak-anak. Pada tingkat psikologi anak, serial ini dapat memiliki efek yang signifikan. Pertama, melalui karakter karakter yang beragam, masing masing karakter memiliki keunikannya masing masing mulai dari perbedaan agama, perbedaan latar belakang yang mempengaruhi ekonomi keluarga mereka, perbedaan suku dan lainnya sehingga anak anak yang menonton tayangan Upin & Ipin dapat memahami dan menghargai perbedaan yang terjadi di dunia nyata. Hal ini penting untuk anak dalam pengembangan empati dan pemahaman mereka terhadap keberagaman.

Selain itu, pesan moral yang disampaikan dalam setiap episode "Upin & Ipin" dapat membantu membentuk karakter anak anak. Pesan tentang kejujuran, kerja keras, kerja sama, peduli sesama dan sikap positif terhadap kehidupan sering kali disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh anak anak, seperti pada episode rumah Ijat yang terbakar, Upin, Ipin serta kawan kawannya bekerja sama mengumpulkan dana sumbangan dari warga sekitar untuk menolong Ijat. Upin dan ipin rela merapikan kandang ayam milik Tuk Dalang agar mereka mendapatkan upah dan disumbangkan untuk Ijat (Durasi ke 16:12). Hal ini menjadi penting dalam pembentukan nilai nilai moral yang menjadi dasar dalam interaksi mereka dengan lingkungan sekitar.

Dalam psikologi komunikasi, kita dapat melihat bagaimana pesan pesan dalam tayangan tersebut disampaikan dan diterima oleh anak anak. Teori kultivasi menyatakan bahwa paparan berulang terhadap pesan tertentu dari media, seperti tayangan televisi, dapat membentuk persepsi dan pandangan dunia seseorang. Dalam hal ini, "Upin & Ipin" dapat mempengaruhi cara anak anak memandang nilai nilai persahabatan, kejujuran, dan kerja sama. Dalam setiap episode, nilai nilai tesebut ditekankan melalui berbagai cerita.

Penonton, terutama anak anak, terpapar secara konsisten dengan pesan-pesan yang menekankan pentingnya nilai nilai ini. Ketika penonton, khususnya anak-anak, terus-menerus menyaksikan interaksi antara karakter-karakter tersebut, teori kultivasi menyarankan bahwa hal ini dapat membentuk persepsi mereka terhadap dunia sekitarnya. Misalnya, nilai nilai yang dipromosikan dalam "Upin & Ipin" seperti kebaikan hati, persahabatan, dan kerja sama dapat menjadi bagian dari pandangan anak anak tentang bagaimana mereka memandang dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, serial ini juga sering kali menyoroti nilai nilai kultural Malaysia, seperti adat dan tradisi lokal.

Dengan mengeksplorasi aspek aspek ini, "Upin & Ipin" tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi sarana untuk melestarikan dan mewariskan nilai nilai budaya kepada generasi muda. Namun, dalam konteks teori kultivasi, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan. Pengulangan pesan pesan tertentu dalam serial dapat secara perlahan mempengaruhi persepsi anak-anak tentang realitas. Meskipun nilai nilai positif ditekankan, representasi yang terlalu idealis dari kehidupan di kampung dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis pada anak anak yang tinggal di perkotaan atau lingkungan yang berbeda.

Selain itu, teori kultivasi juga menyoroti bahwa paparan media yang berlebihan dan kurangnya variasi dalam representasi dapat membentuk pandangan sempit terhadap dunia. Dalam hal ini, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memastikan bahwa anak-anak tidak hanya terpapar pada satu jenis media atau tayangan saja, tetapi juga diperkenalkan pada variasi konten yang mencerminkan keragaman budaya dan nilai nilai yang berbeda.

Selain teori kultifasi, Teori Uses and Gratification menyoroti bagaimana pemirsa menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan mendapatkan kepuasan tertentu. Dalam konteks ini, pertama tama, mari tinjau karakteristik utama dari "Upin & Ipin". Serial ini menawarkan kombinasi aspek pendidikan, hiburan, dan nilai moral yang dihadirkan melalui petualangan kedua karakter utama. Dari segi psikologi komunikasi, hal ini relevan dengan penggunaan media sebagai alat untuk pembelajaran dan hiburan yang mendidik.

Teori Uses and Gratifications menekankan bahwa pemirsa memilih dan menggunakan media berdasarkan kebutuhan mereka. Dalam hal ini, "Upin & Ipin" menawarkan beberapa kepuasan yang berbeda. Pertama, aspek pendidikan hadir dalam bentuk nilai nilai moral yang disampaikan melalui cerita. Anak anak dapat belajar tentang kebaikan, kerja sama, dan nilai nilai positif lainnya dalam setiap episode. Kedua, serial ini juga memberikan hiburan yang menarik.

Melalui petualangan Upin dan Ipin beserta teman temannya, anak anak dapat tersenyum, tertawa, dan terhibur. Hal ini memenuhi kebutuhan akan hiburan dan keceriaan. Selanjutnya, "Upin & Ipin" juga menghadirkan nilai nilai kultural Malaysia yang kaya. Hal ini memungkinkan anak anak untuk lebih memahami budaya mereka sendiri, memperluas wawasan mereka, dan mungkin mengembangkan rasa kebanggaan terhadap identitas mereka. Dari perspektif psikologi komunikasi, tayangan ini juga dapat memengaruhi perkembangan kognitif dan sosial anak-anak. Pengenalan terhadap konflik, cara menyelesaikannya, serta nilai-nilai yang dihadirkan dapat membentuk pola pikir dan perilaku anak-anak.

Namun, ada beberapa pertimbangan penting. Meskipun serial ini memiliki banyak kebaikan, sebagai orang tua atau penonton, penting untuk memastikan bahwa anak anak tidak mengonsumsi media secara berlebihan. Pengawasan dan pembatasan waktu adalah penting untuk menjaga keseimbangan antara menonton televisi dan aktivitas lain yang mendukung perkembangan anak. Selain itu, teori Uses and Gratifications juga menyoroti bahwa pemirsa tidak hanya menjadi pasif, tetapi juga aktif dalam pemilihan dan interpretasi konten media. Dalam konteks ini, "Upin & Ipin" dapat menjadi bahan diskusi antara anak anak dan orang tua untuk mempromosikan pemahaman yang lebih dalam terhadap pesan moral yang disampaikan serta mendorong refleksi kritis terhadap apa yang ditonton.

Tayangan kartun atau serial atau animasi Upin & Ipin ini tentunya sayang berpengaruh terhadap prilaku dan psikologi anak. Baik itu pengaruh positiv maupun pengaruh negartif meskipun serial "Upin & Ipin" dinilai memiliki dampak positif yang signifikan, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua dampak dari tayangan Upin & Ipin ini bersifat positif. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah waktu layar yang berlebihan. Anak-anak yang terlalu lama terpaku pada layar televisi atau perangkat digital dapat kehilangan kesempatan untuk berinteraksi secara fisik dan belajar dari lingkungan sekitar. Selain itu, sangat penting bagi orang tua untuk memonitor apa yang ditonton oleh anak anak mereka dan memastikan bahwa pesan pesan yang disampaikan dalam tayangan "Upin & Ipin" dapat dipahami dengan benar oleh anak. Diskusi terbuka antara orang tua dan anak tentang nilai-nilai dan pesan moral yang disampaikan dalam tayangan ini dapat menjadi sarana pembelajaran yang sangat berharga bagi anak dan orang tua.

Kesimpulan

Tayangan kartun Upin & Ipin ini sangat menarik untuk di analisis karna memiliki dampak yang cukup signifikan pada pertumbuhan, perkembangan dan psikologis anak. Tayangan upin & ipin ini sengaja dibuat agar dapat menghibur anak dengan sajian visual yang menarik dan ceritanya yang dibuat serealistis mungkin dengan kondisi anak yang menonton. Selain itu tayangan Upin & Ipin juga juga memberikan pesan pesan moral yang kuat sehingga dapat membentuk karakter anak anak. Jika di kaitkan dengan psikologi komunikasi terdapat dua teroi yang saya gunakan untuk menganalisis tayangan kartun Upin & Ipin ini yakni teori kultivasi dan teori Uses and Gratification.

Dalam teori kultivasi dijelaskan bahwa paparan berulang terhadap pesan tertentu dari media, seperti tayangan televisi, dapat membentuk persepsi dan pandangan dunia seseorang. Dalam hal ini, "Upin & Ipin" dapat mempengaruhi cara anak anak memandang nilai nilai persahabatan, kejujuran, dan kerja sama dll. sedangkan dalam teori Uses and Gratification membahas mengenai bagaimana pemirsa menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan mendapatkan kepuasan tertentu.

Orang tua memiliki peran sangat penting untuk mendampingi anak dalam menonton serial Upin & Ipin. Para orang tua menjadi rem, pengingan untuk anak apa apa saja yang bisa boleh di contoh dan apa apa saja yang tidak boleh di contoh, orang tua dapat membuta diskusi terbuka dan pengawasan yang bijaksana dapat membantu anak-anak memahami dan mengimplementasikan nilai nilai yang disampaikan, menjadikan tayangan ini sebagai sumber inspirasi dan pembelajaran yang positif bagi mereka. Dengan begitu para orang tua dapat memaksimalkan maanfaat positif dari tayangan Upin & Ipin ini.

sumber : https://retizen.id/posts/266099/tayangan-kartun-upin-ipin-ternyata-mempengaruhi-psikologis-anak
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler