Terima Kasih Afrika Selatan, Nelson Mandela Pasti Sangat Bangga
Gugatan Afsel terhadap Israel ke ICJ mewarisi cinta Nelson Mandela terhadap Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andri Saubani, jurnalis Republika.
"Sangat tegas (sikap) dari para pendiri negara kami, bahwa Afrika Selatan tidak akan (benar-benar) bebas sampai bangsa Palestina juga terbebaskan."
Kalimat itu keluar dari mulut Menteri Kehakiman Afrika Selatan (Afsel), Ronald Lamola, kepada Al Jazeera, seusai sidang perdana gugatan kasus genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza digelar di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag Belanda, pada Kamis (11/1/2024).
Siapa lagi pendiri bangsa yang dimaksud oleh Lamola kalau bukan mendiang Nelson Mandela, mantan presiden Afsel yang meninggal 10 tahun lalu. Mandela pasti sangat bangga terhadap bangsanya yang telah gagah berani menginisiasi gugatan ke ICJ, memaksa Israel untuk diadili atas aksi genosida mereka di Gaza selama tiga bulan terakhir.
Sedikit kilas balik ke Februari 1990. Hampir sebulan setelah Mandela bebas dari penjara, ia melawat ke Zambia, tuan rumah Kongres Nasional Afrika (ANC), di mana saat ia mendarat di Lusaka, ia disambut hangat oleh para pemimpin anti-apartheid saat itu seperti Kenneth Kaunda sampai Robert Mugabe.
Namun, kesan yang paling membekas bagi Mandela adalah sambutan dari seorang pemimpin yang secara fisik sangat berbeda dengan yang lain. Orang itu adalah pemimipin PLO, Yasser Arafat, yang menyambut Mandela dengan tampilan khas, kain kiffiyeh jadi penutup kepalanya. Mandela yang berpostur 193 cm sampai harus membungkuk agar bisa cipika-cipiki dengan Arafat.
Seperti ingin membalas dukungan Arafat kepadanya, tiga bulan setelah perjumpaan di Lusaka, Mandela hadir di pertemuan tingkat tinggi ANC di Aljazair dengan tampilan gulungan kiffiyeh di lehernya. Hingga Mandela menjadi presiden pertama Afsel yang dipilih secara demokratis, Mandela terus merasakan ikatan kuat dengan rakyat Palestina.
Pada 1997, saat menyoroti perjuangan ANC, Mandela pernah berujar bahwa keberhasilan negaranya terbebas dari rezim apartheid, “tidak akan lengkap tanpa kebebasan rakyat Palestina”. Sepenggal wasiat yang kemudian melegenda.
Tak lama setelah wafatnya Arafat pada 2004, Mandela memberikan penghormatan terakhir dengan mengatakan bahwa meninggalnya Arafat sebagai pukulan telak bagi semua bangsa yang masih bejuang melawan penindasan. Bagi Mandela, Arafat bukan hanya ikon perlawanan rakyat Arab, melainkan juga simbol perjuangan bangsa-bangsa di dunia yang masih merasakan penindasan.
Tiga tahun setelah Mandela mangkat pada 5 Desember 2013, rakyat Palestina membalas jasa-jasa Mandela dengan membangun patung raksasa di Ramallah, Tepi Barat. Sehari sebelum dakwaan terhadap Israel di ICJ dibacakan, puluhan warga Palestina berkumpul di depan patung Madiba, mereka menyuarakan ucapan terima kasih kepada Afsel karena telah menyeret Zionis Israel ke Mahkamah Internasional.
Lewat gugatan yang dibacakan oleh tim pengacara, termasuk oleh Ronald Lamola sebagai pemimpin delegasi, Afrika Selatan meminta Mahkamah Internasional menerapkan tindakan sementara terhadap Israel untuk menghentikan serangan mereka terhadap Gaza. Dalam persidangan yang digelar Kamis lalu, delegasi Afrika Selatan mengatakan: "Masa depan warga Palestina yang masih ada di Gaza bergantung pada putusan yang diambil pengadilan mengenai masalah ini."
Pada hari pertama sidang, Afrika Selatan menyajikan bukti kuat dalam kasus yang telah diajukan sejak 9 Desember 2023, dengan menuduh Israel melakukan genosida dan pelanggaran terhadap Konvensi Genosida PBB dalam tindakannya di Jalur Gaza sejak 7 Oktober. Pihak Afrika Selatan meminta perintah pengadilan tinggi PBB untuk menghentikan serangan militer Israel di Gaza, yang telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan, dengan jumlah korban tewas lebih dari 23.300 orang.
Pengajuan gugatan setebal 84 halaman oleh Afrika Selatan itu menuduh Israel telah melakukan tindakan dan kelalaian "yang bersifat genosida, karena tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan khusus...untuk menghancurkan warga Palestina di Gaza sebagai bagian dari kelompok nasional, ras, dan etnis Palestina yang lebih luas."
Bukan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yakni Indonesia (belum meratifikasi Konvensi Anti-Genosida) atau negara-negara bangsa Arab, yang sekadar formalitas memberi dukungan agar Israel digugat ke Mahkamah Internasional (itupun baru sehari menjelang sidang ICJ). Namun, adalah berkat inisiatif Afrika Selatan dengan warisan semangat antipenjajahan Madiba, dunia menyaksikan Israel yang selama ini terkesan 'tak tersentuh', akhirnya diadili atas kejahatan kemanusiaannya terhadap rakyat Palestina.
Terima kasih Afrika Selatan, istirahat dalam bangga Nelson Mandela.