Di Bulan Rajab Ini, Umat Muslim Dulu Taklukkan Romawi dan Bebaskan Masjid Al Aqsa
Rajab merupakan salah satu dari empat bulan hurum yang dimuliakan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rajab adalah bulan yang di dalamnya dilimpahkan kemenangan bagi umat Muslim. Sebab di bulan tersebut, umat Muslim mendapat kemenangan pada beberapa pertempuran.
Pertama adalah ketika umat Muslim melawan Romawi dalam Perang Tabuk. Ini adalah perang yang terakhir diikuti Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa Perang Tabuk berlokasi di sebuah kota yang terletak di antara lembah al-Qura dan Syam. Jarak antara Tabuk dan Madinah mencapai 778 kilometer.
Perang Tabuk juga merupakan perang yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Perang Tabuk mengajarkan pentingnya kejujuran iman dan bertahan dalam kesusahan yang ada.
Penyebab munculnya perang Tabuk ada sejumlah versi. Salah satunya karena Rasulullah SAW mengetahui Raja Romawi mempersiapkan pasukan yang besar untuk melawan umat Muslim, untuk membalas kematian Ja'far bin Abu Thalib, dan juga karena upaya orang Yahudi yang ingin menipu kaum Muslimin agar celaka.
Ketika kaum Muslimin sampai di daerah Tabuk, Allah SWT menurunkan wahyu:
وَاِنْ كَادُوْا لَيَسْتَفِزُّوْنَكَ مِنَ الْاَرْضِ لِيُخْرِجُوْكَ مِنْهَا وَاِذًا لَّا يَلْبَثُوْنَ خِلٰفَكَ اِلَّا قَلِيْلًا
"Dan sungguh, mereka hampir membuatmu (Muhammad) gelisah di negeri (Makkah) karena engkau harus keluar dari negeri itu, dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak akan tinggal (di sana), melainkan sebentar saja." (QS Al Isra ayat 76)
Perjalanan pasukan kaum Muslimin menuju Tabuk memakan waktu hingga 20 hari. Medan yang mereka tempuh sangat sulit. Selain keterbatasan bahan makanan, mereka harus menghadapi panasnya gurun pasir.
Dalam perang ini, Abu Bakar RA mengorbankan seluruh hartanya. Umar RA juga telah mengorbankan setengah hartanya.
Begitu pun dengan Utsman RA yang mengorbankan perlengkapan perang untuk sepertiga pasukan. Sahabat lain juga menginfakkan hartanya sesuai kemampuan mereka.
Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya
Tujuan Perang Tabuk adalah mempersiapkan mereka dalam memikul risalah demi melindungi penyebaran Islam di luar semenanjung Jazirah Arab.
Selanjutnya, peristiwa lain di bulan Rajab yang patut diingat oleh setiap Muslim yaitu ketika Masjid Al Aqsa berhasil dibebaskan dari tangan Tentara Salib oleh Shalahuddin Al Ayyubi dan pasukannya. Yerusalem dibebaskan dari tentara Salib oleh Salahuddin Al Ayyubi pada Rajab 583 H. (September/Oktober 1187).
Gema pembebasan yang dimulai oleh pemimpin Muslim Imad ad-Din Zingi, memuncak dengan kemenangan besar di tangan Salahuddin. Setelah 88 tahun dikuasai serdadu Perang Salib, kota Yerusalem Palestina akhirnya kembali jatuh ke pangkuan umat Islam.
Setelah tiga bulan berjibaku..
Setelah tiga bulan berjibaku dalam pertempuran Hattin atau pada 2 Oktober 1187, pasukan tentara Islam yang dipimpin Salahuddin Al Ayubi berhasil menaklukan dan membebaskan kota suci itu dari kezaliman dan kebiadaban.
Selain itu, di bulan Rajab pula, terjadi peristiwa Isra Miraj. Selama Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dengan Malaikat Jibril dari Ka'bah di Makkah ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem.
Dari sana beliau SAW memulai perjalanannya melewati tujuh langit pada tanggal 27 Rajab. Saat di Masjid Al Aqsa, Nabi SAW mengimami para nabi terdahulu. Selama perjalanan Isra Miraj Nabi mengendarai kendaraan yang disebut buraq.
Adapun keutamaan bulan Rajab dari aspek ibadah, Ulama Sepuh Al Azhar Kairo Mesir, Syekh Attiya Saqr menjelaskan bahwa Al Hafiz Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar Al Asqalani telah menulis catatan atau risalah berjudul "Tabyin Al 'Ajabb bi Maa Waroda fii Fadhl Rajab", yang isinya membahas ihwal bulan Rajab.
Catatan itu menyebutkan 18 nama untuk bulan Rajab. Tiga di antaranya yang terkenal ialah Al Asham, Al Ashab, dan Munshil Al Asinnah.
Disebut Al Asham, yang bermakna tuli, karena di bulan itulah tidak terdengar dentingan senjata. Orang-orang Arab pada masa itu menganggap Rajab sebagai bulan yang diharamkan berperang. Juga disebut Al Ashab karena curahan rahmat Allah SWT di bulan tersebut.
Adapun penyebutan bulan Rajab sebagai Munshil Al Asinnah, didasarkan pada riwayat Abu Raja' Al Atharidi, yang berkata:
كُنَّا نَعْبُدُ الْحَجَرَ فَإِذَا وَجَدْنَا حَجَرًا هُوَ أَخْيَرُ مِنْهُ أَلْقَيْنَاهُ وَأَخَذْنَا الْآخَرَ فَإِذَا لَمْ نَجِدْ حَجَرًا جَمَعْنَا جُثْوَةً مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ جِئْنَا بِالشَّاةِ فَحَللَبْنَاهُ عَلَيْهِ ثُمَّ طُفْنَا بِهِ فَإِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَجَبٍ قُلْنَا مُنَصِّلُ الْأَسِنَّةِ فَلَا نَدَعُ رُمْحًا فِيهِ حَدِيدَةٌ وَلَا سَهْمًا فِييهِ حَدِيدَةٌ إِلَّا نَزَعْنَاهُ وَأَلْقَيْنَاهُ شَهْرَ ررَجَبٍ
"Dulu kami menyembah batu. Jika kami mendapatkan batu yang lebih baik, maka kami melemparkannya dan mengambil yang lain. Dan bila kami tidak menemukan batu, kami mengumpulkan segenggam tanah, lalu kami bawakan seekor kambing kemudian kami peraskan susu untuknya. Lalu kami thawaf dengannya. Bila datang bulan Rajab, kami mengatakan, 'Tidak ada peperangan' (Munasshil Al Asinnah), sehingga kami tidak membiarkan tombak maupun panah yang tajam kecuali kami cabut dan kami lemparkan sebagai pengagungan terhadap bulan Rajab." (HR Bukhari)
Dalam catatan tersebut, Ibnu Hajar Al Asqalani juga menyampaikan, puasa di bulan Rajab dibolehkan selama menganggapnya sebagai amalan sunnah, tidak menjadikannya wajib, tidak menentukan hari-hari khusus di bulan Rajab untuk puasa, dan tidak mengkhususkannya pada malam-malam tertentu.
Baca juga: Golongan yang Gemar Membaca Alquran, Tetapi Justru tidak Mendapat Syafaatnya
Di akhir catatan risalah ini, Ibnu Hajar Al Asqalani, yang merupakan pensyarah Shahih Bukhari, menukil perkataan Ibnu Dahiyah, sebagai berikut:
الصِّيام عَمَلُ بِرٍّ، لا لفضل صوم شهر رجب فقد كان عمرُ ينهَى عنه.
"Puasa (di bulan Rajab) adalah amal saleh, (tetapi) bukan karena keutamaan puasa di bulan Rajab, sebagaimana Umar RA melarangnya."
Sumber: islamonline