Mahfud Sebut Pertanyaan Gibran Recehan, Budiman: Mungkin Gak Siap Bicara Dilema Kebijakan

Budiman menegaskan komitmen TKN untuk menciptakan forum edukasi politik

Republika/Prayogi
Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran Budiman Sudjatmiko (kanan) menyampaikan paparan dalam acara konsolidasi pasukan digital menangkan Prabowo-Gibran di Jakarta, Rabu (20/12/2023). Relawan Prabowo-Gibran Digital Team (PRIDE) meluncurkan platform kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) prabowogibran.ai untuk memaksimalkan kampanye di sosial media guna memenangkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko menanggapi pernyataan Mahfud MD yang menyebut pertanyaan Gibran soal Greenflation sebagai pertanyaan 'recehan'.


Budiman beranggapan bahwa kepemimpinan dan pemerintahan bukan sekedar berbicara hal baik dalam visi dan misi. Menurutnya, setiap kebijakan publik akan menimbulkan risiko dan konsekuensi, maka semua pasangan capres dan cawapres harus siap memberi penjelasan kepada publik.

"Bahwa seorang Profesor Mahfud menganggap itu receh, menurut saya, barangkali tim 03 tidak siap untuk diajak berbicara soal dilema-dilema dalam pembuatan kebijakan publik," kata Budiman saat ditemui wartawan di Jakarta, Selasa (23/1).

Mantan politikus PDI-Perjuangan tersebut menjelaskan bahwa greenflation atau inflasi hijau adalah sebuah istilah baru yang ditemukan para ekonom mengacu pada kenaikan harga material akibat transisi ke energi hijau. Alih-alih recehan, Budiman justru menilai greenflation sebagai topik yang mahal.

Ia kemudian menuturkan, soal greenflation hanyalah satu dari sekian banyak dilema yang harus dihadapi saat membuat kebijakan. Apalagi, proses menuju negara maju akan melahirkan banyak dilema yang juga penting untuk dibicarakan.

"Misalnya, saat kita mengejar kemajuan dengan penerapan teknologi digital seperti artificial intelligence, itu juga tentu akan berpengaruh pada penyiapan skills, keahlian sumber daya manusia Indonesia. Untuk bisa jadi negara maju dengan sumber daya manusia yang maju, kita harus memakan biaya," papar Budiman.

Budiman turut menyinggung dua pasangan lainnya yang berbicara soal kenaikan dana desa. Meski dinilai sebagai program yang baik, Budiman beranggapan hal itu tidak semudah membalikan telapak tangan dan tetap perlu menjelaskan konsekuensinya kepada publik.

"Kalau kampanye hanya sekedar mengumbar janji tapi rakyat tidak dijelaskan konsekuensi-konsekuensinya, maka ini adalah penyesatan. Nah, ini yang kami, pasangan 02, tidak inginkan," tegasnya.

Terkait kampanye, Budiman menegaskan komitmennya untuk menciptakan forum edukasi politik, bukan sekedar janji manis dan pertunjukan yang menghibur.

"Pasangan Prabowo-Gibran, sebagaimana diingatkan oleh Cawapres Gibran dalam debat kemarin itu mengajak kita untuk menghitung ini konsekuensinya ada, apapun ada resikonya, sehingga kita harus bersiap untuk itu," pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler