Ketika Luhut dan Bahlil Bersatu Padu Mencecar Tom Lembong
Tom Lembong ibaratkan Luhut, Bahlil, Budiman, dan Habiburokhman pemadam kebakaran.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia satu suara menyangkal Co-Captain Timnas Anies-Muhaimin, Thomas Lembong, soal nikel.
Thomas Lembong sebelumnya mempersoalkan hilirisasi nikel yang dianggapnya ugal-ugalan. Lembong juga menyebut pengembangan kendaraan listrik dunia seperti Tesla tidak lagi menggunakan bahan baku nikel, tapi Lithium Ferro Phosphate (LFP).
"Saya ingin mengatakan, tidaklah benar kalau ada seorang mantan pejabat, pemikir ekonomi atau siapapun yang menyatakan nikel nggak lagi jadi bahan yang dikejar-kejar investor untuk membuat baterai mobil," tegas Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Bahlil tak menampik, memang untuk bahan baku LFP, fosfat, dan litium tidak ada di Indonesia. Itu karena yang ada di Tanah Air berupa kobalt, mangan, dan nikel.
Namun Bahlil menekan komitmen pemerintah yang tengah fokus mengembangkan sumber daya alam dalam negeri, di antaranya nikel.
Mantan ketua HIPMI itu justru curiga informasi soal nikel yang tidak dipakai lagi itu digunakan untuk melobi pemerintahan selanjutnya agar tidak lagi melarang ekspor barang mentah.
"Hati-hati loh! Ini saya menghubungkan. Jangan sampai di bangsa ini ada antek-antek asing untuk masuk merusak tatanan dalam kebijakan publik, bahaya ini," kata dia.
Senada dengan Bahlil, Luhut juga menyangkal soal kekhawatiran harga nikel yang kini mulai turun di pasaran seperti disampaikan Tom Lembong, sapaan akrab Thomas Lembong.
Menurut Luhut, masalah harga nikel yang menjadi produk hilirisasi ini harus dilihat dalam rentang panjang. Dalam 10 tahun terakhir, terlihat bagaimana siklus harga komoditas yang bergerak naik dan turun,
"Kan Anda pebisnis juga, siklus dari komoditas kan naik dan turun. Apakah itu batu bara, nikel, timah atau emas apa saja," ujarnya.
Hanya saja, jelas Luhut, kalau melihat selama 10 taun terakhir ini, harga nikel dunia itu rata-rata 15 ribuan dolar AS. Pada periode 2014-2019 saat hilirisasi mulai dilakukan, bahkan harga rata-rata nikel itu hanya 12 ribu dolar AS.
"Saya jadi gak ngerti bagaiman Tom Lembong memberikan statemen seperti ini. bagaimana Anda memberi advice bohong kepada calon pemimpin yang Anda dukung," ujarnya.
"Saya sedih melihat Anda itu, inteletktual Anda diragukan," katanya.
Luhut melanjutkan, Tom mungkin mungin betul seorang intelektual. Tapi ia memiliki karakter tidak bagus. "Cucu saya yang di George Town AS bilang, waktu anda (Tom) bicara di Washington DC dua pekan lalu, 'bagaimana opung ada seorang mantan menteri yang bicara menjelekkan pemerintahannya sendiri, di mana waktu lalu dulu dia bekerja di situ what kind of personality is this Opung'," kata Luhut menirukan ucapan cucunya tersebut.
Menurut Luhut, Tom harus mengerti jika harga nikel terlalu tinggi, maka itu akan sangat berbahaya. Mengapa demikian, karena orang akan mencari bentuk material lain buat membuat baterai seperti LFP "Jadi ini kalau kita hargannya ketinggian orang akan cari alternatif lain, teknologi berkembang sangat cepat karena itu kita mncari keseimbangan."
Luhut lantas mempertanyakan kemampuan Lembong dalam menyelesaikan tugas-tugas pemerintah saat menjabat. "Waktu anda di BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) apa yang Anda lakukan coba. Anda ditugaskan untuk menyelesaikan OSS, saya ingat betul itu, bagaimana Anda curhat ke saya, tapi itu kan sampai anda meninggalkan kabinet tidak pernah selesai, sekarang kami yang menyelesaikan itu," ujar Luhut dalam sebuah wawancara yang diunggah di X, Kamis (25/1/2024).
Respons Lembong
Co Captain Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Tom Lembong, santai menghadapi keroyokan dari tim pendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Yakni mulai dari Bahlil Lahadalia, Habiburokhman, Budiman Sudjatmiko sampai seorang Luhut Binsar Panjaitan. Menurut Tom Lembong, Bahlil, Budiman, Habib dan Luhut, hanya sedang menjalankan tugas sebagai pemadam kebakaran. Kebakaran itu, menurut dia, disebabkan oleh Gibran dan tim penasehat debatnya sendiri saat debat cawapres akhir pekan lalu.
"Mereka kirim rudal, tapi yang kebakaran sebelah sana. Kelihatannya kebakarannya besar karena sampai mengerahkan dari mulai Pak Bahlil, Habiburokhman, Budiman sampai sekelas Pak Luhut. Semuanya lagi jadi pemadam kebakaran. Jadi pasukan pemadam kebakaran itu sampai segitunya ya, berarti ini benar-benar kebakaran yang dahsyat," kata Tom Lembong, dikutip dari video klarifikasi di TikTok, Kamis (25/1/2024).
Tom Lembong, mengaku memahami psikologis yang dialami tim penasehat debat Gibran saat ini. Ia yakin tim debat Gibran sudah kena semprot oleh Gibran, Prabowo bahkan oleh Presiden Jokowi sendiri. Karena Tom pernah merasakan berada di dalam posisi sebagai salah satu penasehat Jokowi sejak dari Gubernur DKI sampai menjadi presiden.
Tom menambahkan kepanikan dari tim Gibran disebabkan karena status sebagai pemenang saat debat cawapres pertama. Mantan Menteri Perdagangan itu mengakui saat debat cawapres pertama, Gibran tampil mengesankan melewati ekspektasi publik. Tapi ketika sudah berstatus pemenang, Gibran sudah dibebani ekspektasi tinggi oleh timnya sehingga sulit bagi Gibran mengulangi kesuksesan debat pertama.
"Di debat kedua (debat cawapres pertama), Mas Gibran punya kelebihan, yaitu ekspektasi yang rendah, sehingga jauh melampaui ekspektasi, dengan menang. Lalu setelah itu bebannya tinggi, ekspektasi sudah tinggi sekali, dan kelihatannya settingan tim gibran ingin lebih agresif lagi, hajar habis sampai, keluar itu senjata-senjata, seperti (kata-kata) contekan dari Tom Lembong," ucap Tom.
Tom Lembong menilai dengan sikap yang diperlihatkan Gibran di debat cawapres terakhir, justru menjatuhkan marwahnya sendiri. Dan cawapres yang ia dukung, yakni Muhaimin menurut Tom justru tampil mengesankan karena tetap tenang, menghormati lawan dan konsisten bicara substansi.
"Sekali lagi senjata makan tuan, malah Mas Gibran yang kelihatan kurang berkelas," kata Tom Lembong menambahkan