Sering Tahan Kentut, Ada Konsekuensi Memalukan Hingga Menyakitkan yang Bisa Terjadi
Dokter menganjurkan untuk tidak menahan buang angin.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kondisi tertentu, seperti saat berada di ruang publik, banyak orang memilih untuk menahan buang angin karena merasa malu. Ternyata, menahan buang angin bisa memberikan konsekuensi yang negatif.
Hal ini pula yang disampaikan oleh Dr Karan Raj melalui akun TikTok pribadinya. Melalui sebuah unggahan yang dia buat, Dr Raj menganjurkan orang-orang untuk jangan pernah menahan buang angin.
Dokter Raj menjelaskan bahwa sistem gastrointestinal atau pencernaan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Proses terakhir yang terjadi dalam saluran pencernaan adalah pergerakan feses yang terdiri atas sisa makanan yang sudah dicerna dan bakteri.
Akan tetapi, pergerakan feses di dalam saluran cerna ini bisa dipersulit oleh keberadaan gas metan. Alasannya, keberadaan gelembung-gelembung gas metan ini dapat menjauhkan dinding usus dari feses, sehingga pergerakan feses menjadi lebih sulit.
Menurut dr Raj, tindakan menahan kentut akan membuat gelembung-gelembung gas metana tersebut tetap berada di dalam usus. Bila sering menahan buang angin, ada sejumlah konsekuensi memalukan hingga menyakitkan yang bisa terjadi.
Dokter Raj mengungkapkan bahwa salah satu konsekuensi yang mungkin terjadi bila seseorang sering menahan buang angin adalah bau mulut. Dokter Raj mengatakan, gas yang tidak dikeluarkan akan terserap menembus lapisan usus dan masuk ke dalam aliran darah.
Dari situ, lanjut dr Raj, gas tersebut bisa beredar dan masuk ke dalam paru-paru. Setelah itu, gas tersebut akan ikut keluar bersamaan dengan udara yang dihembuskan keluar ketika bernapas.
"Ya, Anda secara harfiah menghembuskan kentut Anda yang bisa menyebabkan bau mulut," ungkap dr Raj, seperti dilansir laman Express pada Senin (29/1/2024).
Bau mulut bukanlah satu-satunya konsekuensi yang bisa muncul akibat kebiasaan menahan buang angin. Menurut Dr Raj, tindakan menahan buang angin bisa membuat volume gas di dalam perut meningkat sehingga tekanan yang muncul juga semakin besar.
Seiring waktu, tekanan dari penumpukan gas ini dapat mengalahkan tekanan pada otot sfingter di anus yang menutup jalur keluarnya gas. Dalam kondisi ini, gas di dalam perut akan memaksa keluar dan tak terkontrol.
Masalah yang lebih serius juga bisa terjadi akibat kebiasaan menahan buang angin. Menurut dr Raj, kebiasaan ini bisa meningkatkan tekanan pada rektum dan usus besar. Peningkatan tekanan di rektum dan usus besar tersebut dapat memicu timbulnya divertikula atau kantong menonjol pada usus besar.
"Itu dapat menyebabkan peradangan kronis dan rasa nyeri," jelas dr Raj.
Menurut dr Raj, beragam konsekuensi ini sebenarnya bisa dihindari dengan cara yang mudah, yaitu tidak menahan buang angin. Alih-alih menahannya, dr Raj menganjurkan orang-orang mencari tempat yang sepi untuk mengeluarkan kentut ketika rasa ingin buang angin muncul.