Tokopedia dan Tiktok Bersinergi, Bagaimana Kelanjutannya?
Akuisisi Tokopedia senilai 1,5 miliar dolar AS pada pekan ini.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Oktober lalu, Tiktok tampak terpuruk saat Indonesia melarangnya terlibat dalam e-commerce. Hanya saja pada pekan ini, aplikasi video pendek yang viral ini kembali memasuki dunia e-commerce melalui penyelesaian akuisisi Tokopedia senilai 1,5 miliar dolar AS.
Hal tersebut dengan mengambil alih 75 persen saham pengendali di platform belanja terbesar kedua di Indonesia yang merupakan bagian dari grup GoTo. Masuk akal bagi Tokopedia, kata Chief Executive Officer GoTo Patrick Walujo menilai, itu masuk akal bagi Tokopedia.
Ia menjelaskan, alasannya karena platform e-commerce ini menghabiskan banyak uang dan mengalami penurunan volume transaksi 25 persen lebih pada awal tahun lalu. Dibutuhkan suntikan dana agar dapat terus tumbuh di pasar yang penuh tantangan.
Walujo sebagai salah satu investor pertama di Gojek, layanan ride-hailing dan on-demand yang merupakan bagian lain dari GoTo, memiliki banyak alasan merasa optimis setelah investasi tersebut masuk. Perusahaannya pada awalnya tidak bersaing dengan pesaing lain yang bersaing mendapatkan kesepakatan Tiktok.
Dilansir South China Morning Post pada Senin (5/2/2024), Walujo menuturkan, penjualan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran mengenai kepemilikan asing atas perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
Hanya saja ia mengabaikan anggapan tersebut sebagai hal yang tidak beralasan, karena dirinya yakin hal tersebut akan memungkinkan Tokopedia mencatat pertumbuhan di masa depan dan memberikan dampak lebih besar daripada menjadi tidak relevan lagi.
Ini, sambung dia, merupakan kasus pembeli yang bersedia dan penjual yang bersedia, karena pilihan untuk Tokopedia semakin menyempit. Bagian lain dari kesepakatan yang menarik yakni biaya 0,4 persen pada jumlah transaksi gabungan Tiktok dan Tokopedia sebagai aliran pendapatan bagi GoTo tanpa biaya terkait.
“Itu keuntungan langsung,” jelas dia.
Para analis mengatakan, akuisisi tersebut merupakan cara untuk menambatkan perusahaan asing seperti pemilik TikTok, ByteDance yang berbasis di Beijing, ke mitra lokal daripada membiarkan mereka mengambil keuntungan, dan menambahkan bahwa hal itu dapat membuka jalan bagi kesepakatan serupa di negara lain.
ByteDance merupakan perusahaan rintisan global milik swasta yang paling bernilai, menurut CB Insights. Pada 2023, dilaporkan menghasilkan penjualan sebesar 110 miliar dolar AS, dengan 80 persen di antaranya berasal dari pasar Tiongkok melalui Tiktok versi Mandarin, Douyin.
Di Indonesia, kata dia, TikTok pertama kali menawarkan belanja dalam aplikasi pada tahun 2021 dan telah merayu penjual untuk menawarkan dagangannya di Tiktok Shop.
Hanya saja, regulator memberlakukan larangan pada tahun lalu, melarang transaksi e-commerce dalam upaya untuk melindungi bisnis domestik dan offline di negara tersebut yang telah melakukan lobi keras untuk menentangnya.
Itu karena larangan tersebut tidak melarang usaha patungan, merger dengan Tokopedia berarti integrasi back-end pada sistem mereka yang memungkinkan pembelian diselesaikan di Tokopedia meskipun iklan atau promosi produk terus berlanjut di Tiktok, terutama saluran langsungnya.