BTS dan Blackpink 'Diperbudak' Agensi Kata Media Korea Utara, Warganet Bereaksi
Laporan lawas media Korea Utara soal artis K-pop kembali mencuat di forum daring.
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Sebuah laporan lama dari media Korea Utara yang mengkritik perlakuan terhadap grup idola Korea Selatan seperti BTS dan Blackpink telah kembali mencuat di komunitas daring hingga memicu perdebatan. Laporan yang awalnya dipublikasikan oleh Arirang Meari pada 2021 itu menuduh bahwa para idola ini diperlakukan seperti "budak" oleh perusahaan hiburan besar Korea Selatan, termasuk SM Entertainment, karena tuntutan kerja keras yang mereka hadapi.
Dilansir Koreaboo pada Ahad (11/2/2024), laporan tersebut mendapat perhatian baru setelah diunggah di sebuah forum daring yang populer, TheQoo, dan telah menarik lebih dari 35 ribu tampilan. Arirang Meari menuduh bahwa para idola ini terikat kontrak eksklusif sejak usia muda, diisolasi dari dunia luar, dan menjalani jadwal pelatihan ketat yang hanya memberi mereka sedikit waktu tidur.
Lebih lanjut, laporan tersebut mengeklaim bahwa sebagian besar pendapatan para idola itu diambil oleh perusahaan untuk biaya pelatihan. Warganet Korea Selatan memberikan tanggapan beragam terhadap tuduhan tersebut, dengan beberapa mengkritik dan mencemooh klaim laporan tersebut.
Banyak yang menunjukkan pada pendapatan besar yang diperoleh oleh para idola K-pop sebagai bukti bahwa klaim tentang kondisi mereka tidak beralasan. Beberapa bahkan secara bercanda menyatakan keinginan untuk menjadi "budak" jika itu berarti mencapai tingkat kesuksesan finansial yang sama dengan para bintang top industri ini.
Ada juga warganet yang menyoroti ironi dalam kritik terhadap industri K-pop sambil mengabaikan isu pekerja yang berjuang dengan upah di bawah standar minimum di Korea Selatan. Bagi banyak orang, termasuk media Korea Selatan, tulisan ini dianggap sebagai upaya propaganda untuk mengkritik industri K-pop karena meningkatnya minat global terhadap budaya pop Korea Selatan.
Sebuah artikel dari NK Economy yang meliput laporan tersebut menyatakan bahwa media propaganda Korea Utara telah memperbesar masalah seputar pelatihan dan manajemen grup idola Korea Selatan.
"Ini adalah bagian dari narasi yang lebih luas yang bertujuan untuk menantang semakin populernya dan pengaruh global budaya pop Korea Selatan," kata NK Economy.
Reaksi daring terhadap laporan Korea Utara menunjukkan perpaduan kompleks antara pembelaan terhadap industri K-pop, pengakuan atas isu-isu yang ada, dan pembahasan yang lebih luas mengenai hak-hak buruh dan kesenjangan ekonomi.