Masih Bingung Nyoblos Siapa? Begini Cara Menentukan Capres-Cawapres dalam Islam

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan umat Islam sebelum menentukan pilihan.

Republika/Thoudy Badai
Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) melakukan setting packing logistik pemilihan umum (Pemilu) 2024 di GOR Cempaka Putih, Jakarta, Selasa (6/2/2024). Para Ketua KPPS yang didampingi anggota KPPS melakukan packing untuk tempat pemungutan suara (TPS) di Kelurahan Rawasari, Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. Pengecekan logistik untuk 292 TPS itu dilakukan untuk memastikan kelengkapan yang dibutuhkan saat pencoblosan surat suara tanggal 14 Februari 2024 mendatang.
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan menentukan para pemimpin masa depan Indonesia. Menjelang Pemilu 2024 yang akan berlangsung pada Rabu (14/2/2024) besok, sebagian masyarakat Indonesia pun masih ada yang bingung menentukan pilihan terhadap tiga capres-cawapres yang maju.

Lalu, bagaimana cara menentukan pilihan capres-cawapres dalam ajaran Islam? Sekretaris Majelis Masyayikh KH Muhyiddin Khotib mengatakan, jika masih ada umat Islam yang masih bingung menentukan pilihannya pada Pemilu 2024, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, bertanyalah kepada seorang tokoh atau kiai yang dianggap netral.

Baca Juga


BACA JUGA: Bingung Pilih Capres-Cawapres, Perlukah Sholat Istikharah Sebelum Mencoblos?

“Jadi, ketika dia masih bingung, pertama, kalau ingin murni tanya kepada salah seorang tokoh atau kiai yang dianggap sebagai orang yang netral, tidak berpihak ke mana-mana,” ujar Kiai Muhyi saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/2/2024).

Kedua, menurut dia, umat Islam yang masih bingung menentukan pilihannya juga bisa bertanya kepada hati nuraninya. “Jadi hati nurani itu adalah merupakan temuan setiap manusia yang penemuannya tidak akan salah,” ucap dosen Ma'had Aly Situbondo ini.

Rasulullah juga menganjurkan umatnya agar meminta fatwa kepada hati nuraninya.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda...

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:

وَيَقُولُ يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ نَفْسَكَ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ قَالَ سُفْيَانُ وَأَفْتَوْكَ

Artinya: “Wahai Wabishah bin Ma’bad, mintalah fatwa pada hatimu (tiga kali), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” ( HR. Ahmad).

Jika masih isykal (dilema), menurut Muhyi, maka umat Islam bisa melaksanakan sholat istikharah dua rakaat dan memohon kepada Allah agar diberi petunjuk.

“Tetapi ada dua pedoman atau metode ketika memutuskan sesuatu itu, yaitu metode istikharah dan istisyarah,” kata Ketua PCNU Situbondo ini.

Dia menjelaskan, istikharah adalah tuntunan bagi umat Islam ketika harus mengambil keputusan dan menentukan pilihan secara spiritual. Sedangkan dengan istisyarah, akan ada pendapat-pendapat yang membantu memberi perspektif yang lebih luas dari pandangan kita yang terbatas.

“Istikharah itu memohon petunjuk kepada Allah. Sedangkan istisyarah itu merembukkan dengan teman untuk menimbang secara rasionalitas,” kata Kiai Muhyi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler