PBB: Kehidupan Anak di Gaza Terancam Akibat Tingginya Malanutrisi

Akibat serangan Israel, masyarakat Gaza kesulitan makanan dan air bersih.

AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina mengantre untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Jumat, 16 Februari 2024. Badan bantuan internasional mengatakan Gaza menderita kekurangan makanan, obat-obatan, dan pasokan pokok lainnya akibat perang antara Israel dan Hamas.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyoroti tingginya angka malanutrisi di kalangan anak-anak, perempuan hamil dan menyusui di Jalur Gaza. Kondisi itu menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan mereka.

Baca Juga


“Ketika konflik yang sedang berlangsung di Jalur Gaza memasuki pekan ke-20, makanan dan air bersih menjadi sangat langka dan penyakit merajalela, sehingga membahayakan nutrisi dan kekebalan perempuan dan anak-anak serta mengakibatkan lonjakan malanutrisi akut,” demikian dikutip dalam pernyataan UNICEF, Selasa (20/2/2024).

Situasi tersebut dinyatakan “sangat serius” di wilayah utara, karena satu dari enam anak di bawah usia dua tahun mengalami kekurangan gizi akut, menurut pernyataan tersebut.

Dalam pernyataan itu disebutkan, pemeriksaan serupa dilakukan di Gaza selatan tepatnya di Rafah, di mana bantuan lebih banyak tersedia, dan ditemukan 5 persen anak di bawah usia dua tahun mengalami kekurangan gizi akut.

“Ini adalah bukti nyata bahwa akses terhadap bantuan kemanusiaan diperlukan, dan dapat membantu mencegah dampak terburuk. Hal ini juga memperkuat seruan lembaga-lembaga tersebut untuk melindungi Rafah dari ancaman operasi militer yang intensif,” demikian dalam pernyataan itu.

Wakil Direktur Eksekutif UNICEF untuk Aksi Kemanusiaan dan Operasi Pasokan Ted Chaiban mengatakan Jalur Gaza bersiap untuk menjadi saksi "ledakan" jumlah kematian anak-anak yang sebenarnya bisa dicegah, yang akan menambah tingkat kematian anak-anak di Gaza.

“Kami telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa Jalur Gaza berada di ambang krisis nutrisi," kata Chaiban.

“Jika konflik tidak berakhir sekarang, gizi anak-anak akan terus menurun drastis, menyebabkan kematian yang seharusnya dapat dicegah, atau masalah kesehatan yang akan mempengaruhi anak-anak Gaza selama sisa hidup mereka, dan berpotensi menimbulkan konsekuensi antargenerasi,” kata Chaiban seperti dikutip dalam pernyataan tersebut.

Pengeboman Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan hampir 29.092 orang dan melukai sekitar 69.028 orang disertai kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.

Menurut data PBB, serangan Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler