Diidap Kartika Putri, Autoimun Sering Disebut Penyakit yang Menakutkan, Apa Kata Dokter?

Autoimun bukan penyakit menular dan bukan penyakit keturunan.

Republika/Desy Susilawati
Aktris, model, dan presenter Kartika Putri. Kini, Kartika sedang menjalani perawatan di Singapura untuk kondisi autoimun dan mempersiapkan kehamilan berikutnya.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Autoimun, kondisi yang diidap artis Kartika Putri, sering disebut sebagai penyakit yang menakutkan. Dokter dari Rumah Sakit Prof Dr IGNG Ngoerah, Bali, Pande Ketut Kurniari, mengatakan perlu edukasi dan sosialisasi lebih masif kepada masyarakat awam guna menyingkirkan stigma tersebut.

"Stigma tersebut lahir karena ketidakpahaman masyarakat tentang penyakit itu," ujar dr Pande dalam diskusi "Bersahabat dengan Autoimun dengan Pola Hidup Sehat, Bisa!" yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat (23/2/2024).

Menurut dr Pande, penyakit autoimun sudah ada sejak dahulu. Hanya saja, itu namun tidak sefamiliar penyakit lain, seperti kencing manis, hipertensi, dan lain-lain.

"Jadi, bagaimana menghadapi stigma? Satu, kita harus memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan lebih luas lagi bahwa autoimun itu bukan penyakit menular, bukan penyakit keturunan," katanya.

Dokter Pande menuturkan hal tersebut sebagai respons atas pertanyaan tentang cara menghadapi orang-orang yang memiliki stigma negatif tentang penyakit itu. Dia menjelaskan, penyakit autoimun adalah ketika imun pribadi menyerang diri sendiri.

Baca Juga


Ada sejumlah faktor yang menyebabkan penyakit autoimun, yaitu karakteristik genetik yang dibawa sejak lahir, dan kedua adalah faktor yang menyebabkan autoimun tersebut aktif, seperti lingkungan atau infeksi.

Ada banyak faktor yang membuat autoimun aktif. Dokter Pande menyebut stresor atau hal-hal yang membuat seseorang stres, makanan, sinar matahari, dan lingkungan bisa memicunya.

Dokter Pande juga mengatakan, gejala penyakit autoimun dapat diobati. Autoimun tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan.

"Oleh karena itu, terminologi atau nama yang dipakai untuk penanganan kondisi tersebut adalah remisi, bukan penyembuhan," ujarnya.

Dokter Pande mengatakan bahwa apabila semakin cepat diobati, maka kondisi penderita akan lebih baik. Apabila menunggu hingga penyakit tersebut lebih berat, maka akan lebih sulit diobati.

"Satu hal yang harus dipegang bahwa tidak selamanya pasien autoimun itu minum obat seumur hidup," jelasnya.

Dokter Pande menyerukan agar orang yang didiagnosis autoimun untuk tidak takut. Andaikan sudah tidak ada keluhan berarti orang tersebut sedang dalam masa remisi.

"Dia tidak minum obat dan tidak ada keluhan, itu adalah tujuan terapi yang paling utama," kata dia.

Belakangan, kasus autoimun memang tinggi. Menurut dr Pande, itu karena kesadaran masyarakat sudah meningkat, sehingga mereka mau memeriksakan diri dan mendapatkan diagnosis.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler