MasyaAllah, Halal Value Chain Topang 23 Persen Ekonomi RI
HVC termasuk pertanian, makanan minuman, pariwisata, dan fesyen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengungkapkan ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) Indonesia pada 2023 melanjutkan pertumbuhan positif. Hal tersebut didorong oleh kinerja sektor unggulan halal value chain (HVC) yang tumbuh sebesar 3,93 persen secara tahunan.
Dalam Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023, tercatat secara keseluruhan sektor unggulan HVC menopang hampir 23 persen dari ekonomi nasional. Secara berurut dikontribusikan oleh sektor pertanian dan makanan dan minuman halal, pariwisata ramah muslim (PRM), dan fesyen muslim.
Pada tataran global, kinerja eksyar Indonesia juga mencatatkan kenaikan peringkat State of The Global of Islamic Economic (SGIE) menjadi peringkat ketiga pada tahun ini. Capaian tersebut menjadi intisari Buku KEKSI 2023 yang mengangkat tema Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional dan diluncurkan pada Senin (26/2/2024) di Jakarta.
Deputi Gubernur BI Juda Agung memproyeksikan pada 2024 eksyar akan tumbuh sebesar 4,7-5,5 persen secara tahunan. “Ini didukung dengan didukung pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 10-12 persen secara tahunan,” kata Juda, Senin (26/2/2023).
Juda mengungkapkan hal tersebut sejalan dengan implementasi berbagai inisiatif strategis nasional seperti kewajiban sertifikasi halal sesuai mandat Undang-undang Jaminan Produk Halal dan inovasi pada sektor keuangan sosial syariah. Begitu juga dengan program kolaborasi antar kementerian dan lembaga, serta digitalisasi eksyar yang semakin masif.
Juda memastikan, Bank Indonesia berkomitmen melanjutkan kebijakan pengembangan eksyar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan sektor unggulan, khususnya sektor makanan dan minuman halal dan fesyen muslim. Lalu juga melalui penguatan keuangan komersial dan sosial syariah.
Lalu juga melalui pengembangan pasar uang syariah, melalui instrumen Sukuk Bank Indonesia (SUKB) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVNI). Selain itu juga melalui peningkatan literasi melalui penyelenggaraan Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) di tiga wilayah Indonesia mencakup regional Sumatra, kawasan Timur Indonesia, dan Jawa hingga Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang berskala internasional serta penguatan kepemimpinan di fora internasional.
Sementara itu, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Friderica Widyasari Dewi turut menyampaikan dukungan OJK atas komitmen terwujudnya visi Indonesia menjadi pusat halal global dunia. Untuk mengoptimalkan multiplier effect dari eksyar, Friderica mengatakan OJK secara khusus telah menyiapkan beberapa program diantaranya Kelompok Kerja Literasi Dan Inklusi Keuangan Syariah (Pokja LIKS), Syariah Financial Fair (SYAFIF), Forum Edukasi dan Temu Bisnis Keuangan Syariah bagi santri UMKM (FEBIS), dan kolaborasi dengan Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah (KNEKS) beserta asosiasi dan industri jasa keuangan syariah.
Sejalan dengan itu, Staf Ahli Kementerian Keuangan Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal, Arief Wibisono memaparkan ekonomi sosial syariah berperan besar dalam meningkatkan aspek kebermanfaatan eksyar bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif. “Untuk itu, sinergi perlu terus didorong guna meningkatkan pertumbuhan eksyar yang semakin maju dengan fokus utama pada pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan,” ucap Arief.