Biden Berharap Gencatan Senjata di Gaza Dapat Digelar Pekan Depan

AS menekan Israel untuk segera menyepakati gencatan senjata.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Warga Palestina berjalan di sepanjang jalan Al Rashid setelah menyeberang dari Jalur Gaza Utara ke Selatan Kota Gaza, Ahad (25/2/2024). Sejak 7 Oktober 2023, sebanyak 1,9 juta orang telah mengungsi di seluruh Jalur Gaza. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) menyatakan sebagian besar warga sipil di Gaza sangat membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan.
Rep: Lintar Satria Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan ia berharap gencatan senjata konflik Israel-Hamas di Gaza dapat dimulai pada Senin (4/2/2024) pekan depan. Pihak-pihak yang bertikai tampaknya mencapai kesepakatan dalam perundingan di Qatar.

Baca Juga


Kehadiran kedua belah pihak dalam perundingan di mana mediator berdiskusi dengan para pihak yang bertikai dalam kesempatan yang terpisah di kota yang sama sudah mengalami kemajuan. Dibandingkan pada awal Februari lalu ketika Israel menolak proposal gencatan senjata empat bulan setengah yang diajukan Hamas.

Biden mengatakan, ia berharap gencatan senjata dimulai dalam beberapa hari kedepan. "Ya saya berharap pada awal pekan depan, pada akhir pekan," katanya, saat ditanya kapan ia berharap gencatan senjata dapat dimulai, Senin (26/2/2024).

"Penasihat keamanan nasional saya memberitahu saya kami sudah deka. Kami sudah dekat, kami belum selesai, saya berharap Senin depan kami sudah mendapatkan gencatan senjata," kata Biden saat berkunjung ke New York.

Pejabat pemerintah AS mengatakan, negosiator sudah mendorong kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera pada awal bulan Ramadhan 10 Maret mendatang dan petinggi pemerintah AS mengerjakan masalah ini sejak pekan lalu. Pejabat tersebut mengatakan optimisme tampaknya semakin tumbuh sejak pertemuan antara Israel dan Qatar.

Di hadapan publik Israel dan Hamas masih mengambil posisi berseberangan. Saling menyalahkan satu sama lain atas lamanya proses kesepakatan. Usai bertemu dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan kelompoknya mendorong upaya untuk mengakhiri perang.

Ia mengatakan Israel mengulur waktu sementara korban jiwa rakyat Gaza terus bertambah di tengah pengepungan. "Kami tidak akan membiarkan musuh menggunakan negosiasi untuk menutupi kejahatannya," kata Haniyeh.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel siap untuk membuat kesepakatan dan tergantung Hamas untuk mencabut tuntutan yang ia gambarkan 'dari planet lain'."Jelas, kami menginginkan kesepakatan ini bila kami bisa mendapatkannya, ini tergantung Hamas, sekarang keputusan ada di mereka, mereka harus menyadari kenyataannya," kata Netanyahu di jaringan stasiun televisi Fox News.

Kantor Emir Qatar mengatakan Al Thani dan Haniyeh membahas upaya Qatar untuk menengahi kesepakatan gencatan senjata segera dan permanen di Jalur Gaza. Sebelumnya, sumber mengatakan delegasi Israel terbang ke Qatar untuk membuka pusat operasional yang mendukung proses negosiasi.

Misi mereka termasuk memeriksa proposal Hamas untuk kesepakatan pembebasan sandera.  Israel mempertahankan posisi tidak akan mengakhiri perang sampai Hamas berhasil ditumpas.

Sementara Hamas mengatakan tidak akan membebaskan sandera tanpa kesepakatan yang mengakhiri perang. "Kami sepenuhnya berkomitmen menumpas Hamas dari muka bumi," kata Menteri Perekonomian dan Perindustrian Israel Nir Barkat dalam konferensi di Uni Emirat Arab.

Kehadirannya disana memberi sinyal negara-negara Arab semakin menerima Israel. Tapi membuat Hamas geram. Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan setiap kesepakatan gencatan senjata perlu 'mengamankan diakhirinya agresi, penarikan pasukan penjajah, pulangnya para pengungsi, masuknya bantuan, peralatan tempat berlindung dan pembangunan ulang.'

AS menekan Israel untuk segera menyepakati gencatan senjata. Saat Israel bersiap melancarkan serangan ke Rafah yang menampung lebih dari 1,5 juta orang. Washington khawatir serangan itu akan menambah pertumpahan darah.

Netanyahu bersikeras melanjutkan rencana serangan ke Rafah. Ia mengatakan Israel berencana untuk mengevakuasi warga sipil. Saat ditanya apakah Israel tetap akan menyerang meski Washington memintanya untuk tidak melakukannya.

"Ya, kami akan masuk, kami sudah membuat keputusan kami sendiri, jelas, tapi kami akan masuk berdasarkan gagasan juga melakukan evakuasi bagi warga sipil," jawab Netanyahu. Kemajuan perundingan gencatan senjata tampaknya mulai ketika pejabat Israel membahas kesepakatan pembebasan sandera dengan delegasi AS, Mesir dan Qatar di Paris pada Jumat (23/2/2024).

Namun pertemuan tersebut tidak melibatkan Hamas. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel sudah menewaskan hampir 30 ribu rakyat Palestina.

sumber : reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler