'Bersusah Payah' Menjadi Penerjemah
Susah Payah' Menjadi Penerjemah
'Selepas melaksanakan agenda di Masjid Nabawi, Sabtu, 3 Juni 2023, saya dan istri keluar area masjid menuju kawasan perbelanjaan Bin Dawood. Tidak jauh dari pagar luar masjid. Hanya puluhan meter. Berjalan lewat pintu pagar masjid nomor 330. Papan nomor berwarna merah di pagar besi dan kuning keemasan di tembok pilar pagar.
Istri mampir ke sebuah toko perhiasan. Saya mengikutinya. Untuk bertanya-tanya siapa tahu ada yang pas dengan isi dompet. Kami masuk ke sebuah toko yang cukup besar, dijaga dua pelayan dan seorang kasir. Ketiganya berperawakan Arab. Tidak ada tanda-tanda berasal dari Asia Tenggara apalagi Indonesia.
Seorang pemuda pelayan mendekat dan menyambut kami dari arah dalam meja etalase. Toko sedang sepi pengunjung. Hanya kami berdua. Istri melihat-lihat suatu produk yang terpajang dalam etalase kaca.
Sejurus kemudian, saya pun bertanya ke pelayan, "Kam wahid gram?" Maksud saya berapa harga satu gramnya. Saya sendiri tidak yakin apakah bahasa Arab saya tadi mendekati benar atau tidak. Terus terang pertanyaan barusan hanya saya karang-karang, saya utak-atik kilat sesuai ingatan saya waktu belajar bahasa Arab saat masih sekolah dulu. Puluhan tahun lampau. Semoga dia tahu maksud saya, itu saja.
Dengan ramah pelayan itu menjawab, "Beda-beda, tergantung modelnya."
Lho! Saya agak kaget. Pertanyaan bahasa Arab oleh orang Indonesia kok malah dijawab dengan bahasa Indonesia oleh orang Arab.
Setelah itu, (rencana) percakapan bahasa Arab saya, tidak saya lanjutkan. Rahasia bisa terbongkar nanti. Komunikasi berlanjut dengan bahasa Indonesia. Gagal deh misi saya hari itu, menjadi penerjemah istri ketika belanja.